Kesehatan

Mikrosefali Zika oleh dr. FX. Wikan Indrarto

Oleh : Admin / Kamis, 08 September 2016 09:40
Mikrosefali Zika oleh dr. FX. Wikan Indrarto
Poster virus zika sumber: promkes.depkes.go.id

Pada Jumat, 2 September 2016 telah diadakan pertemuan Komite Darurat Infeksi Virus Zika, yaitu ‘Emergency Committee under the International Health Regulations regarding microcephaly’. Komite ini telah membahas situasi terkini selama dan setelah Olimpiade 2016 diadakan di Brasil, perkembangan terbaru penyebaran geografis infeksi virus Zika, terjadinya mikrosefali, dan sindrom Guillain-Barré (GBS). Apa yang sebaiknya kita ketahui tentang mikrosefali?

Mikrosefali adalah malformasi neonatal yang didefinisikan sebagai ukuran kepala lebih kecil dibandingkan dengan bayi lain, pada usia dan jenis kelamin yang sama. Ukuran yang lebih kecil ini mencerminkan bahwa pertumbuhan otak bayi terganggu, sehingga bayi dengan mikrosefali dapat mengalami masalah dalam perkembangan. Ada banyak potensi penyebab mikrosefali, tetapi lebih sering penyebabnya tidak dapat diketahui dengan pasti. Penyebab paling umum adalah infeksi pada rahim ibu, seperti toksoplasma, rubella, herpes, sifilis, cytomegalovirus, HIV dan yang terkini adalah virus Zika. Selain itu, juga paparan bahan kimia beracun, logam berat seperti arsenik dan merkuri, alkohol, radiasi, dan rokok. Penyebab lainnya adalah kelainan genetik seperti sindrom Down dan gizi buruk, selama hidup janin dalam kandungan ibu.

Pengukuran dengan ‘cut-off’ lingkar kepala <-2 SD atau <3 persentil lebih sensitif untuk menduga bayi baru lahir atau neonatus, dengan kemungkinan mikrosefali, sementara <-3 SD lebih spesifik. Penggunaan tingkat ‘cut-off’ dan pendekatan yang berbeda yaitu SD atau persentil, dapat mempengaruhi jumlah neonatus dengan mikrosefali. Panduan yang dikeluarkan WHO ini bertujuan untuk memberikan bimbingan interim di dalam pengukuran standar lingkar kepala bayi,  standar referensi pertumbuhan, penilaian klinis dan pemeriksaan yang diperlukan, untuk menegakkan diagnosis mikrosefali dan kelainan neurologis lainnya, yang terkait dengan infeksi virus Zika.

Lingkar kepala bayi baru lahir harus diukur dengan menggunakan teknik dan peralatan standar, minimal 24 jam setelah lahir dan dalam minggu pertama kehidupan. Lingkar kepala harus ditafsirkan dengan menggunakan SD (standar deviasi), berdasarkan jenis kelamin bayi dan usia kehamilannya. Standar Pertumbuhan WHO untuk bayi cukup bulan dan untuk bayi kurang bulan atau prematur, harus digunakan secara tepat. Bayi baru lahir dengan lingkar kepala kurang dari -2 SD, yaitu lebih dari 2 standar deviasi di bawah rata-rata, harus dianggap sebagai mikrosefalus. Bayi baru lahir atau neonatus dengan lingkar kepala kurang dari -3 SD, yaitu lebih dari 3 standar deviasi di bawah rata-rata, harus dianggap sebagai mikrosefalus parah. Bayi baru lahir dengan lingkar kepala antara -2 SD dan -3 SD harus menjalani penilaian klinis dan selanjutnya secara teratur ditindaklanjuti selama masa bayi. Pemantauan meliputi pertumbuhan kepala, riwayat kehamilan, juga riwayat penyakit pada ibu dan keluarga, untuk menilai penyebab genetik atau faktor lainnya. Selain itu, juga untuk penilaian perkembangan dan pemeriksaan kelainan neurologis yang terkait.

Bayi baru lahir dengan lingkar kepala kurang dari -3 SD, harus menjalani pemeriksaan neuroimaging (CT scan atau MRI) kepala. USG mungkin dapat dilakukan, jika ubun-ubun besar atau fontanelle bayi masih terbuka, untuk mendeteksi malformasi struktural otak, dengan radiasi yang lebih rendah. Selain itu, bayi juga harus menjalani penilaian klinis dan tindak lanjut rutin. Pemeriksaan termasuk laju pertumbuhan lingkar kepala, penilaian perkembangan dan pertumbuhan fisik, juga pemeriksaan neurologis termasuk fungsi indera pendengaran dan penglihatan.

Banyak bayi yang lahir dengan mikrosefali pada umumnya tidak ada gejala lain pada saat lahir, tetapi tetap berpotensi akan menjadi epilepsi, cerebral palsy, ketidakmampuan belajar, gangguan pendengaran dan penglihatan. Dalam beberapa kasus yang lebih jarang, anak dengan mikrosefali tetap dapat berkembang sepenuhnya normal. Tidak ada pengobatan khusus untuk bayi dan anak dengan mikrosefali. Sebuah tim multidisiplin haruslah dibentuk, untuk menilai dan merawat bayi dan anak dengan mikrosefali. Intervensi dini dengan program stimulasi dan terapi bermain, mungkin dapat menunjukkan dampak positif pada perkembangan anak. Selain itu, konseling keluarga dan dukungan sosial bagi orang tua, juga sangat penting.

Menteri Kesehatan Nila Moeloek telah mengeluarkan himbauan perjalanan (travel advisory) ke Singapura terkait infeksi virus Zika pada Rabu, 31 Agustus 2016. Masyarakat Indonesia diharapkan mempertimbangkan kembali rencana kepergian ke Singapura, terutama ibu hamil, karena berisiko melahirkan bayi dengan mikrosefali. ‘Travel advisory’ untuk masyarakat Indonesia yang akan bepergian  ke Singapura, merupakan salah satu bentuk Kepedulian International untuk Kondisi Darurat Kesehatan Masyarakat (Public Health Emergency of International Concern), yang diserukan ‘Emergency Committee under the International Health Regulations regarding microcephaly’.  Apakah kita juga sudah peduli?

Sekian
*) dokter spesialis anak di Yogyakarta, Alumnus S3 UGM


0 Komentar

    Kirim Komentar


    jogjastreamers

    UNIMMA FM 87,60

    UNIMMA FM 87,60

    Radio Unimma 87,60 FM


    SWARAGAMA 101.7 FM

    SWARAGAMA 101.7 FM

    Swaragama 101.7 FM


    JOGJAFAMILY 100,2 FM

    JOGJAFAMILY 100,2 FM

    JogjaFamily 100,9 FM


    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RetjoBuntung 99.4 FM


    SOLORADIO 92,9 FM

    SOLORADIO 92,9 FM

    Soloradio 92,9 FM SOLO


    IRADIO 88.7 FM YOGYAKARTA

    IRADIO 88.7 FM YOGYAKARTA

    100% Musik Indonesia, Cinta Musik Indonesia.


    Dapatkan Informasi Terpilih Di Sini