Yogyakarta, Indonesia. www.gudeg.net. Penyakit kanker payudara hingga saat ini masih menjadi problem serius dalam dunia kesehatan. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, tercatat bahwa angka kenaikan penderita kanker terus mengalami peningkatan. Data yang diperoleh melalui International Agency for Research on Cancer (IARC) mengungkapkan bahwa terdapat 1.7 juta wanita terjangkit kanker payudara. Atau dalam presentase sekitar 11.9 persen dari seluruh insidensi kanker.
Demikian informasi tersebut disampaikan oleh dosen bagian Farmakologi dan Terapi Fakultas kedokteran UGM, dr.Woro Rukmi Pratiwi , M. Kes., Sp.PD saat bertemu dengan rekan media. "Di Indonesia, jumlah penderita kanker payudara mencapai 10 - 13 persen dan lebih muda saat terkena kanker 10 tahun jika dibandingkan dengan ras Kaukasoid," katanya.
Sejumlah pendekatan yang dilakukan dalam pendekatan terapi adjuvant dan terapi target menghasilkan luaran masih sangat beragam. "Output terapi kanker payudara stadium awal berupa Disease Free Survival (DFS) dan kualitas hidup." katanya.
Dari hasil penelitian yang dilakukan di RS Sardjito yang melibatkan 100 penderita kanker HER2 positif stadium awal tersebut diketahui bahwa jenis regimen kemoterapi berbasis taxan dan jarak kemoterapi dengan radioterapi kurang atau sama 300 hari mempengaruhi luaran terapi kanker HER2 positif stadium awal. "Jarak antara radioterapi dengan kemoterapi yang semakin panjang meningkatkan risiko terjadinya peningkatan penyakit. Selain itu juga meningkatkan biaya pengobatan pasien." ungkapnya.
Secara umum, menurut Woro, dikatakan bahwa ternyata perlu dilakukan penjadwalan jarak radioterapi dengan kemoterapi yang lebih singkat yakni kurang dari 210 hari untuk meningkatkan luaran terapi dan menurunkan biaya rumah sakit.
Kirim Komentar