Yogyakarta, www.gudeg.net - Bakmi Doring menjadi salah satu jujugan para pecinta Bakmi Jowo di Jogja sejak lama. Mengapa dinamai Bakmi Doring? Penamaan warung ini ternyata berkaitan dengan sejarahnya.
Septi Kusjayanti, pemilik dan pengelola generasi kedua bakmi Doring menceritakan, pada awalnya sang ayah, Suryono berjualan bakmi di pinggir jalan, menggunakan tenda miring. “Doring itu kan singkatan dari tendo miring” kata Septi. Masih menurut Septi, nama “Doring” sendiri adalah pemberian dari seniman Bagong Kussudihardjo, yang merupakan eyangnya.
Bakmi Doring memiliki sejarah panjang. Berdiri sejak 1984, warung ini pernah berpindah beberapa kali. Dari warung lesehan di pinggir jalan, menyewa tempat di dekat Gapura Suryowijayan, lalu menempati tempat yang sekarang ini, Jalan Suryowijayan No. 348 tepatnya sejak tahun 2005. Bakmi Doring mampu bertahan selama lebih dari 30 tahun, tak lepas dari kedisiplinan Suryono menjaga kualitas dan rasa dari bakminya.
Hingga kini, Suryono masih mencicipi masakan Septi dan pegawainya untuk menjaga kualitas dan rasa Bakmi Doring. Menurut Septi, ayahnya sangat teliti. Ketika ada yang berbeda sedikit saja dari rasa bakmi, beliau akan tahu.
Warung bakmi ini menyediakan menu bakmi goreng, bakmi godhog, bakmi goreng basah, bakmi nyemek, dan magelangan. Harga menu-menu tersebut Rp 20.000. Ada satu lagi menu yang belum tercantum di daftar menu. Menu itu akrab disebut Mumi. Meski tek tercantum di daftar menu, para pelanggan yang lama biasanya telah mengetahuinya. “Mumi itu tulang ayam dikicik pake kecap” jelas Septi. Untuk menu ini harganya Rp 40.000 hingga Rp 50.000.
​Warung ini juga dikenal sebagai tempat berkumpulnya para seniman. Butet, Emha Ainun Nadjib merupakan langganan Bakmi Doring sejak masa awal berdirinya. “Cak Nun sama Gusti Yudho sukanya mumi itu” kata Septi.
Bakmi Doring bisa menjadi pilihan pas untuk menikmati mie khas Jawa. Tempat makan nyaman dan rasa yang ngangeni, pasti membuat anda ingin kembali lagi. Bakmi Doring buka mulai pukul 17.00 hingga 24.00.
Kirim Komentar