www.gudeg.net, Yogyakarta - "Menyatu bukan melebur", itulah tajuk pameran yang digelar di Bale Banjar Sangkring Art Space. Pameran melibatkan 6 pelukis dan 6 penulis. Pelukis yang terlibat yaitu Anggar Prasetyo, Bob Yudhita Agung, Bunga Jeruk, Feintje Likawati, Putu Sutawijaya dan Yustoni Volunteero. Sedangkan penulis yang ikut serta adalah Opee wardany, Sita Sari, Sinta Carolina, Apriadi Ujiarso, Maria Carmelia dan Ida Fitri.
Masing-masing seniman memamerkan karyanya dalam ruang tunggal yang dipisah oleh sekat dan menyebut diri mereka angkatan 91. Masing-masing seniman memiliki ciri khas.
Feintje likawati menuangkan karyanya dalam sapuan cat minyak dengan tema Children’s colour. Opee Wardany sebagai penulis mengangkat perilaku keseharian dari Feintje. Anak-anak dijadikan obyek karena mereka menghadirkan keceriaan dan kepolosan selain itu karena mereka merupakan generasi penerus dalam kemajuan negeri ini.
Putu Sutawijaya masih dengan lukisan pemandangan sekitar, dituangkan dalam sebuah tulisan oleh Maria Carmelia bertajuk perjalanan basah Putu Sutawijaya. Lukisannya bertema hujan dan alam yang bernuansa hijau.
Anonim oleh Anggar Prasetyo ditulis Ida Fitri: Masih menggunakan teknik distorsi pengelabuan mata, dengan memakai simbol-simbol tertentu seperti redcross, peace sebagai penanda tragedy untuk orang-orang yang mati karena pembantaian, peperangan dan mereka tanpa nama “anonim”
Yustoni menangkat tema “kanvas, kayu dan kopi” dituangkan dalam sebuah tulisan “ Toni the explorer penjelajahan mencari ruang antara “ dijabarkan oleh Sinta Carolina. Yustoni mencoba menuangkan karyanya dalam kanvas kecil, yang berisi perjamuan-perjamuan, talenan kecil, dalam kanvas besar berukuran 10 m x 2 m dan 2 papan jati yang berujud meja dan kursi. Makna tulisannya lebih mengacu ke penjelajahan dan playfull, seolah dia enggan untuk beranjak dewasa.
Bunga Jeruk, masih konsisten dengan perjalanan manusia dengan mnggunakan objek seorang gadis sebagai sosok imajinatif yang melakukan petualangan.
Bob Yudhita mengusung konsep "mother brand" . Sebenarnya banyak hal-hal yang tak patut yang dituangkan dalam sebuah lukisan, namun hal tersebut merupakan representasi narasi yang melintas di benaknya. Apriadi Ujiarso sebagai penulis cenderung lebih mengulas mengenai sosok Bob Yudhita sendiri sebagai seorang ningrat yang mampu membangun diri dan mengembangkan kreativitasnya.
Karya khas masing-masing seniman dalam pameran di Bale Banjar Sangkring s/d tanggal 30 April ini diharapkan bisa menyatu sebagai sebuah representasi tanpa harus meleburkan diri. Selamat menikmati!
Kirim Komentar