www.gudeg.net, Yogyakarta - Ide unik ini tercetus ketika Ray Rezky Ananda (Fakultas Peternakan), Hanifah Nisrina (FKH) serta Ayub dan Fata (FT) UGM prihatin dengan rendahnya produksi daging sapi di Indonesia. Jika dihitung, tahun 2016 hingga pertengahan tahun 2017 saja kita masih impor daging hingga 30%. Dengan besaran itu, berarti Indonesia masih daging hingga 1 triliun rupiah.
"Dari alasan itu, Ide ini kemudian muncul, selanjutnya kami membuat Aplikasi Penghubung Peternak dengan Pemodal dengan nama Bantuternak," kata Ray Rezky Ananda yang kini menjadi CEO Bantuternak.
Bisnis berbasis sosial teknologi ini berfungsi untuk membantu peternak dalam mendapatkan dana segar dalam upaya mengembangkan peternakan sapi. Selain menguntungkan investor, aplikasi ini dapat membantu peternak lebih sejahtera karena ruang lingkup yang direngkuh lebih pada peternak dengan pendapatan ekonomi yang masih cukup rendah.
Sistem kerja aplikasi Bantuternak yaitu memberikan satu sapi setiap ada investor masuk. Investasi yang ditawarkan mulai dengan nominal Rp. 10 ribu dengan masa investasi jangka pendek selama 5 bulan. "Satu sapi dengan harga Rp. 12 juta, sudah termasuk pakan serta vaksinasi. Kemudian akan dipelihara oleh peternak selama 5 bulan. Setelah itu, sapi dijual kembali,” tambah Ray.
Bentuk sharing keuntungan berupa presentase, yakni investor mendapat 20%, peternak 70% dan manajemen atau pengelola aplikasi akan mendapat 10%. Kelebihan yang ditawarkan dari aplikasi tersebut yakni investor dapat mengetahui perkembangan ternak dengan mengintip laporan secara weekly. "Investor bisa tahu nih, estimasi harga jualnya, status kesehatan si sapi serta kapan divaksin dan bagaimana pemberian pakannya," tambah Hanifah.
Hingga berita ini diturunkan, Bantuternak telah membantu masyarakat ekonomi bawah dengan melibatkan 15 peternak dikawasan Plemadu, Desa Sriharjo, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul. Hingga 6 Juni ini, aplikasi telah diunduh oleh 300 users.
Kirim Komentar