www.gudeg.net, Yogyakarta - Pemerhati pendidikan Universitas Pelita Harapan (UPH)-Jakarta, Upi Isabella Rea menilai pemerintah tidak konsisten dalam menerapkan kurikulum pembelajaran kepada siswa-siswi di seluruh wilayah nusantara. Sejumlah perubahan kurikulum menunjukkan inkonsistensi pemerintah dalam menjalankannya.
"Pergantian pemerintahan sering kali turut merubah kurikulum pendidikan. Sehingga tingkat kesuksesan pembelajaran pun susah untuk diukur keberhasilannya," jelas Upi di Kampus UGM dalam sebuah event ‘Membedah Kebijakan 5 Hari Sekolah’.
Sejauh ini guru kerap kerepotan dengan perubahan setiap kurikulum yang akan diajarkan kepada siswa. Fokus dan perhatian guru untuk mendalami materi pembelajaran pun berkurang. Dari kalangan siswa sendiri, banyak tugas dan latihan kerja. "Hal semacam ini jadi pengalihan tanggungjawab guru yang kurang memahami content kurikulum baru yang akan diajarkan." tambahnya.
Saat ditanya mengenai kebijakan 5 hari sekolah, peraturan semacam itu saat ini masih menimbulkan pro & kontra. Upi menerangkan bahwa kebijakan semacam itu sebaiknya benar-benar dipertimbangkan secara matang. "Saat ini pemerintah seolah-olah hanya menjadikan siswa-siswi sebagai kelinci percobaan. Padahal di tangan siswa-siswi saat inilah masa depan bangsa kita,” tegas mahasiswa Program Doktor Pengkajian Amerika Universitas Gadjah Mada (UGM) itu.
Solusinya,sebaiknya pemerintah memberlakukan kurikulum secara konsisten dalam waktu yang panjang. Sektor pendidikan seharusnya dijauhkan dari ranah politik, tujuannya agar para pelajar dapat menjadi pembelajaran itu sendiri. "Mereka merupakan pilar pembangunan bangsa dimasa depan," tutupnya ramah.
Kirim Komentar