www.gudeg.net, Yogyakarta - Gunung Merapi, salah satu gunung api paling aktif di dunia, meletus pada 5 November 2010. Desa Cangkringan saat itu menjadi salah satu daerah terdampak terparah.
Untuk mengenang letusan tersebut, warga berinisiatif untuk membangun sebuah monumen dari rumah dan harta benda yang terdampak saat itu. Berikut ulasan tempat-tempat tersebut. Klik saja nama museum untuk informasi lebih lengkap
#1 Galeri Sarsuwadji “Omahku Memoriku”
Bentuk rumah ini khas bangunan rumah Jawa, yakni Limasan bercorak Semar Pinondong. Rumah yang antara lain terdiri dari ruangan beranda depan, ruang kamar tamu, ruang kamar keluarga, ruang dapur, satu kamar mandi, bak penampungan air, dua kandang sapi ini berjarak hanya tujuh kilometer dari puncak Merapi.
Dalam penjelasan yang ditempel, disebutkan bahwa rumah ini didirikan oleh Djajaredja, seorang petani dan anak mantu seorang Ulu-ulu (perawat mata air dan jalur sungai) yang kemudian mewariskan kepada anaknya, Sarsuwadji. Sarsuwadji sendiri telah meninggal beberapa waktu sebelum erupsi.
Saat ini, rumah ini dikelola oleh Pustopo, anak dari Sarsuwadji. Rumah Pustopo sendiri berada di sebelah samping timur, yang juga tak luput dari dampak erupsi merapi.
Tempat yang dibangun pada 2013 ini memajang barang-barang yang terkena dampak letusan Merapi pada 5 November 2010. Di ruang tamu, satu set kursi yang masih dipajang. Selain itu ada kendaraan bermotor yang ringsek, juga berbagai perabot rumah tangga yang rusak karena terkena dampak erupsi. Untuk memberi gambaran tentang bentuk rumah secara utuh, di bagian depan, dipajang maket bangunan rumah ini.
Museum yang didirikan di puing-puing rumah milik bapak Kimin ini terletak beberapa kilometer dari Gunung Merapi. Ketika masuk ke dalamnya, kita dapat melihat dampak bagaimana awan panas meluluh-lantakkan seisi rumah.
Di tempat ini, terpajang barang-barang yang rusak karena meleleh, seperti kaset pita, CD lagu, televisi, handphone, perabot-perabot lain, juga kendaraan bermotor dan sepeda.
Terdapat coretan-coretan di dinding tentang letusan tersebut. Antara lain, “Merapi Tak Pernah Ingkar Janji”, “Habis sudah semua” dan coretan-coretan lain.
Jam dinding yang rusak dan berhenti berdetak ketika jarum menunjuk jam 12 lebih 10 menit, tepat di saat kejadian, masih terpajang di tempatnya. Ruangan-ruangan diberi keterangan fungsinya, seperti ruang keluarga, kamar anak, kamar tidur utama, kamar mandi. Saat ini, telah dibangun sebuah tempat untuk berfoto dengan latar belakang nama lokasi.
Kirim Komentar