www.gudeg.net, Yogyakarta - Sekelompok perupa dari Bali yang bernama “Sakapat” menggelar pameran di Bentara Budaya Yogyakarta (BBY) Jalan Suroto No. 2, pada 20-28 Februari 2018. Pameran ini bertajuk “Menjemput Kebahagiaan” yang dilatar-belakangi oleh tradisi Bali, “Mendak Bagia”. Mendak berarti menjemput dan Bagia adalah sesaji yang berisi hasil bumi yang disimbolkan sebagai kebahagiaan.
Sakapat terdiri dari I Wayan Noviantara, I Putu Adi Suanjaya, I Wayan Sudarsana, dan I Wayan Bayu Mandira. Saka dalam Bahasa Bali bisa diartikan tiang atau pilar, sedangkan kata pat berarti empat. Masing-masing perupa menyampaikan interpretasi yang melibatkan pengalamannya.
Seperti I Wayan Bayu Mandira, yang membuat karya lukis berjudul Tabuhrah#1-2. Tabuh-Rah merupakan sebuah tradisi keagamaan yang dilaksanakan di Bali. Menurutnya, dalam tradisi ini masyarakat Bali mempertaruhkan apa yang dipunyai untuk apa yang dipercayai.
Menariknya, ada dua sosok superhero, Batman dan Iron Man di lukisannya, yang tak lepas dari kegemarannya membaca komik. Ia menjelaskan, dua tokoh ini tak punya kekuatan khusus, namun memiliki kekayaan. Tokoh ini tak puas, tak bahagia dengan kekayaannya, dan mempertaruhkan kekayaannya untuk menolong orang lain.
Ia melibatkan dua tokoh tersebut karena ia juga merasa harus mempertaruhkan kemampuan dan waktunya untuk membuat karya ini hingga akhirnya ia merasa bahagia bisa menampilkan karya ini.
Lain lagi dengan Wayan Noviantara yang mengankat Cili. Figur Cili merupakan simbol perempuan dengan ciri khas berbentuk segitiga, yang memiliki tiga komponen: kepala, badan, dan kaki yang merupakan sarana pemujaan Dewi Sri, dewi kesuburan.
Sedangkan I Wayan Sudarsana lewat karyanya menyampaikan kritik tentang lingkungan hidup, khususnya kehidupan manusia yang mendominasi lingkungan, dan kerusakan alam. Karya ini berkaitan dengan konsep Hindu, yakni palemahan (alam maupun tempat tinggal), penghormatan terhadap alam. “Pentingnya pelestarian alam untuk kehidupan semua makhluk hidup di masa yang akan datang,” katanya.
Total ada 11 karya yang dipamerkan. Tak semua berupa lukisan, ada juga karya video karya I Putu Suanjaya yang melalui karyanya ingin menyampaikan bahwa bahagia berkaitan dengan kondisi emosional seseorang. Pameran ini merupakan cara keempat perupa tersebut mensyukuri datangnya kebahagiaan dalam berkesenian. Seperti kata I Wayan Noviantara, “Harapannya, dalam berkesenian selalu bahagia,” tuturnya.
Kirim Komentar