Gudeg.net—Jalan-jalan adalah kegiatan yang menyenangkan. Apalagi ketika jalan-jalan itu menyusuri kawasan tua Kotagede dan singgah di bangunan-bangunan bersejarah. Sembari meresapi kesaratan budaya bangunan tersebut, kita juga ditemani oleh iringan musik. Ah, cara yang sangat nikmat menghabiskan sore.
Keseruan seperti inilah yang disuguhkan oleh acara Susur Kotagede yang diprakarsai oleh Indra Menus. Telah diadakan tiga kali, acara jalan-jalan ini sukses menawarkan sore yang berkesan. Di jalan-jalan ini, Menus berbagi cerita rakyat, cerita arsitektur bangunan, ngopi senja, dan kulineran ndeso khas Kotagede. Sesi bermusik ditemani oleh Abbiya, NoraJess, Alurmaju, dan Cellist Rarya.
“Awalnya ini cuma jalan-jalan biasa aja, pas ada band, Cud Eastbound, dari Kanada mau mengisi. Dari situ mulai ketemu bentuknya. Jalan-jalan, sambil akustikan, tanpa amplifikasi. Itu pas tahun 2016, Susur Kotagede 2,” cerita Menus.
Kegiatan ini sempat terhenti selama dua tahun karena kesibukan Menus. Rencananya, acaranya akan diadakan setahun sekali, atau setiap ada momen yang tepat.
Spot-spot yang didatangi kali itu ada Rumah Pesik, lorong sempit yang menghubungkan gang-gang kecil di Kotagede, bekas tembok Kerajaan Mataram Lama, Masjid Gedhe Mataram dan Makam Raja-Raja, pohon beringin Kotagede, Pasar Kotagede, Dalem Sopingen, dan Omah Kanthil. Rumah Pesik dimiliki oleh Rudi Pesik. Rumah ini bergaya arsitektur khas Kotagede, Rumah Kalang. Ceritanya, Rumah Kalang adalah rumah saudagar-saudagar perak.
Sedangkan lorong-lorong sempit itu merupakan ciri khas yang mungkin terlewat dari bangunan-bangunan Kotagede. Bangunan atau rumah di Kotagede biasanya luas/besar dengan tembok yang menjulang tinggi. Mereka menyisakan ruang yang sangat sempit untuk dipakai sebagai jalan, jadilah lorong-lorong sempit itu.
Ide membuat acara ini berasal dari keisengan Menus jalan-jalan keliling Kotagede sambil mencari spot-spot menarik. Lalu muncul rasa ingin mengenalkan apa saja yang ada di Kotagede. “Kotagede itu kota tua, tidak banyak kegiatan anak muda. Di Kotagede itu kalau kamu jadi anak muda, pilihannya cuman ada dua. Jadi remaja masjid atau gangster,” ceritanya sambil tertawa.
Hari itu ditutup dengan makan, ngopi, ngobrol, dengan ditemani musik akustik di Warung Kopi Girli, di tepi Sungai Gajah Wong.
Kirim Komentar