Gudeg.net— Menteri Luar Negeri Republik India, H.E. Mr. Shri M.J. Akbar, hadir di auditorium R. Soegondo Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM kemarin (3/10) untuk memberikan Kuliah Umum. Acara ini adalah bagian dari program Indonesia- India Interfaith Dialogue: Celebrating 150th Birth Anniversary of Mahatma Gandhi hasil kerjasama FIB UGM dengan Kementerian Luar Negeri Indonesia dan Kementerian Luar Negeri India.
Akbar banyak bercerita mengenai banyaknya kesamaan perjalanan India dan Indonesia sebagai bangsa. Dia menyinggung mengenai prinsip Gandhi yang mirip dengan Pancasila. Akbar juga menyampaikan banyak hal mengenai kesetaraan gender, kemerdekaan, dan perubahan.
“Kemerdekaan tidak sekadar bebas dari penguasa asing. Kemerdekaan adalah hak setiap warga negara yang berarti merdeka dari kelaparan, memilih agama dan keyakinan, dari opresi gender, dan bebas memiliki aspirasi dan menyampaikan pendapat. Baik yang masuk akal maupun tidak,” ungkapnya.
Menurutnya, tidak ada yang bisa memasuki abad ke-21, dan tetap menganggap bahwa perempuan adalah warga negara kelas dua. Kesetaraan gender bukan tentang apa yang seorang perempuan pakai, atau tidak. Kesetaraan gender adalah mengenai hak untuk menjadi partisipan yang setara di dunia ekonomi dan kemajuan sosial di negara kita.
Perempuan adalah bagian dari kekuatan ekonomi dan penentu masa depan. Saat kita berinvestasi pada perempuan, kita berinvestasi pada masa depan, pada anak-anak.
Di kesempatan ini juga Akbar menyampaikan perjalanan Gandhi mendekolonisasi India dari pemerintah Inggris. Di sela-sela itu, Akbar memberikan contoh kesamaan gerakan Gandhi dengan prinsip atau peristiwa di Indonesia. Dia mempercayai bahwa perubahan harus datang dari diri sendiri.
“Saat Gandhi merubah dunia, Gandhi mulai dari dirinya sendiri. Karena jika kita tidak merubah diri kita, kita tidak dapat mengubah tetangga kita. Jika kita tidak dapat mengubah tetangga kita, kita tidak bisa mengubah dunia,” serunya.
Di akhir kuliah umumnya, Akbar kembali menyinggung mengenai kemerdekaan beragama dan keyakinan. Di topik ini, Akbar kembali menunjuk kesamaan Indonesia dengan India, keberadaan kehidupan multi agama. Walaupun dengan cara yang berbeda.
“Setiap pagi hari di negara saya dimulai dengan azan, dan ini bukan karena konstitusi kami mengizinkannya sejak 70 tahun lalu. Ini sudah berlangsung sejak 1400 tahun lalu saat Islam masuk ke India. Tak ada yang menghentikannya, tidak ada yang bisa, tak ada yang mau, dan tak ada yang akan menghentikannya. Lalu diikuti dengan bel kuil, saat umat Hindu memulai pemujaan mereka, lalu diikuti dengan bel gereja di hari Minggu, saat umat Nasrani memulai doa mereka,” ungkapnya.
Ini adalah spirit dari esensi Pancasila, jiwa yang ada di negara yang berlandaskan sejarah dan keyakinan. Jiwa dari negara yang telah melewati Hinduisme, Kekristenan, dan Keislaman.
Kirim Komentar