Gudeg.net – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menggandeng GKR Hemas sebagai wakil dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD) menggelar dialog publik mengenai toleransi (4/12) di Padukuhan Ngabean, Condongcatur.
Dialog yang dilakukan dari desa ke desa ini dikemas dalam bentuk pentas ketoprak yang ringan namun sarat pesan yang dimeriahkan oleh antara lain Yu Beruk, Marwoto Kewer, Dalijo, Kirun, dan lainnya.
“Sudah sekian tahun merdeka dan membangun bangsa, seharusnya kita lebih saling menghargai dan menghormati. Apalagi sebagai orang Jawa, guyub rukun dan gotong royong itu adalah budaya pengikat bangsa,” ujar GKR Hemas dalam dialog (4/12).
Dengan tema ‘Memperkokoh Toleransi Dengan Persatuan Dalam Kebhinekaan’, dialog ini juga menghadirkan narasumber Direktur Analisis dan Sinkroninisasi Badan Pembina Ideologi Pancasila Ani Purwanti, Kepala Multi Media Training Center Noor Iza, dan dosen Fisipol Universitas Atma Jaya Yogyakarta Dr. Lukas Ispandiarno.
GKR Hemas menekankan pentingnya budaya sebagai perisai dari berita bohong. Jika kita berkutat dengan perselisihan yang muncul karena perbedaan, maka Indonesia tidak memiliki waktu untuk membangun ekonomi dan memajukan bangsa.
Ani Purwanti menyampaikan, bahwa sebenarnya bangsa Indonesia sudah mengakui bahwa kita semua bersaudara. Dibuktikan dari pertolongan bencana. Saat terjadi bencana, orang se-Indonesia bahu-membahu memberikan bantuan tanpa melihat di mana kejadian terjadi.
“Ini kan menunjukkan bahwa dalam sanubari kita itu kan ada bibit-bibit persatuan,” ujarnya.
Sedangkan Lukas mengajak masyarakat untuk lebih cerdas dalam memilah informasi yang diterima. Jika menerima suatu informasi atau berita, hendaknya kita melihat dahulu aspek-aspek yang mempengaruhi kebenaran berita tersebut.
“Karena isi berita hoaks, atau berita bohong sering kali menonjolkan pandangan sempit, yang mengatakan dirinya paling benar,” ujarnya. Noor Izza menimpali dengan menasihati agar jempol kita jangan lebih cepat daripada otak kita berpikir.
Menurut Lukas, perbedaan bangsa Indonesia adalah sesuatu yang harus kita hargai karena itu adalah kekayaan kita. Dengan menjunjung perbedaan kita bisa hidup damai.
“Berita bohong memang sering kali memecah belah kita. Bagaimana masing-masing kita bisa memiliki kendali diri dan arif,” ujar Noor Iza.
Serial dialog ini diadakan dalam rangka memperingati Hari Toleransi se-Dunia yang jatuh pada tanggal 16 November. Selama tiga hari dari tanggal 3-5 Desember 2018, dialog diadakan dari desa ke desa.
Hari pertama diadakan di Bangunjiwo-Bantul, lalu di Condongcatur-Sleman, dan terakhir di Bangungapan-Bantul. Walaupun diguyur hujan deras, masyarakat tetap antusias menghadiri dialog ini.
Kirim Komentar