Gudeg.net — Sekelompok mahasiswa UNY berhasil menggagas mesin pengolah limbah minyak yang jauh lebih ekonomis dibandingkan alat yang diimpor dari Jerman. Alat dari Jerman ini yang kerap digunakan oleh industri untuk mengolah limbah minyaknya menjadi energi panas.
Alat yang digagas oleh Nur Khamdan, Ervin Priambodo, dan Imas Dwi Septiningtyas ini disebut eco burner. Manufaktur alat ini menelan biaya Rp12.500.000. Dibandingkan dengan burner dari Jerman yang berharga di atas 200 juta rupiah, tentu jauh lebih ekonomis.
Teknologi yang digunakan dalam Eco Burner ini adalah pemotongan rantai Hidrokarbon (CH) dalam olium dengan metode Hot Crack Hidrokarbon.
“Keunggulan lain dari desain Eco Burner ini mampu mengabutkan lebih sempurna karena desain nozel dibuat lebih lurus sehingga semburan akan sedikit bertambah panjang dan aliran olium akan semakin lancar,” papar Ervin (6/12).
Pabrik yang membutuhkan energi panas tinggi salah satunya adalah AMP (Asphalt Mixing Plant) yang mengolah asphalt dan material sebagai bahan untuk pengerasan jalan. Alat ini juga berpotensi untuk digunakan oleh industri AMP.
“Dengan eco burner dalam proses di AMP bisa mengefisiensi produksi sekitar 20%-40%,” papar Nur Khamdan.
Kapasitas eco burner milik mahasiswa UNY ini membakar limbah 400 liter/jam dengan bahan bakar BBA Olium dengan harga Rp 4.700,00 - Rp 6.500,00 per/liter.
“Salah satu AMP yang ada di Pati menggunakan burner Jerman berbahan bakar solar industri dengan harga Rp9.300-Rp10.000/liter,” ungkap Imas.
Pada tahap implementasi, tim telah menggabungkan komponen-komponen yang telah dibuat dari percobaan yang telah dilakukan untuk dibuat menjadi eco burner. Uji coba dilakukan dengan menghidupkan kompresor yang akan mengeluarkan udara bertekanan yang masuk kedalam eco burner.
Kemudian olium juga dialirkan kedalam eco burner, pada saat didalam eco burner, oli akan diubah menjadi kabut sehingga dapat dibakar.
Setelah burner menyala, langkah selanjutnya memanaskan material yang ada pada AMP. Proses selanjutnya adalah pencampuran material dengan asphalt.
Harapannya, terobosan baru berupa Eco Burner karya mahasiswa ini bisa digunakan sebagai pembangkit energi panas di AMP sehingga dapat mengganti burner yang diimpor dari Jerman sekaligus membantu mengurangi limbah minyak berat yang ada di masyarakat.
Eco burner dibuat dua tempat yaitu Laboratorium Manufaktur dan Inovasi Teknologi serta Bengkel Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Karya ini juga berhasil meraih dana Dikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta tahun 2018.
Kirim Komentar