Gudeg.net – Pasca letusan freatik tanggal 11 Mei 2018 lalu, status Gunung Merapi hingga saat ini dinyatakan pada ‘Level II’ atau ‘Waspada’. Pada tanggal 18 Agustus 2018, kubah lava nampak terbentuk di permukaan Merapi.
Berdasarkan pengamatan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta sampai 6 Desember lalu, volume kubah lava sebesar 344.000 m3 dengan laju pertumbuhan rata-rata 2.200 m3/hari. Kondisi ini relatif sama dari minggu sebelumnya.
Saat ini kubah lava masih stabil dengan laju pertumbuhan yang masih rendah karena berada di kecepatan kurang dari 20.000 m3/hari. Deformasi Gunung Merapi yang dipantau dengan menggunakan EDM dan GPS pada minggu ini tidak menunjukkan perubahan yang signifikan.
Pencatatan kegempaan dari 30 November hingga 6 Desember mencatat 35 kali gempa Hembusan (DG), 1 kali gempa Vulkanik Dalam (VTA), 4 kali gempa Vulkanik Dangkal (VTB), 13 kali gempa Fase Banyak (MP), 228 kali gempa Guguran (RF), 23 kali gempa Low Frekuensi (LF) dan 11 kali gempa Tektonik (TT).
Intensitas kegempaan ini lebih tinggi dari minggu sebelumnya. Data pengeluaran emisi SO2, berdasarkan pengukuran DOAS (Differential Optical Absorption Spectroscopy), Merapi mengeluarkan emisi 100,21 ton/hari. Jumlah ini masih dalam kisaran normal.
Pada tanggal 4 Desember 2018, terjadi hujan di Pos Pengamatan Gunung Merapi dengan intensitas curah hujan tertinggi sebesar 25 mm/jam selama 85 menit di Pos Kaliurang. Tidak dilaporkan terjadi lahar maupun penambahan aliran di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi.
BPPTKG mengimbau, walaupun kubah lava masih dalam kondisi stabil dengan laju pertumbuhan yang masih relatif rendah, aktivitas di Gunung Merapi cukup tinggi. Maka, masyarakat perlu tetap waspada dan hanya mengakses info dari sumber terpercaya.
Kirim Komentar