Gudegnet — Kini, berbelanja di pasar tradisional jadi semakin praktis. Hadirnya aplikasi bernama ‘OkeSayur’ membuat koneksi antara pelanggan dan pedagang sayur menjadi mudah dan efisien.
“Kami ingin memudahkan semua aktivitas belanja di pasar tradisional untuk orang-orang yang tidak bisa ke pasar dengan berbagai alasan. Entah karena tidak ada waktu atau barang yang dicari tidak ada,” ujar Nindi Kusuma Ningrum, co-founder aplikasi OkeSayur.
Kisah awal dikembangkannya aplikasi yang memenangkan Gemastik 2018 kategori pengembangan bisnis teknologi informasi dan komunikasi pada kompetisi nasional lalu ini dimulai pada akhir 2017.
Saat itu founder OkeSayur, Sholeh Nurrochim, merasa prihatin dengan fenomena pasar tradisional mulai ditinggalkan. Berdomisili dekat dengan pasar tradisional, Nurrochim fenomena ini terasa nyata untuknya.
Saat itulah tercetus ide untuk melibatkan pasar tradisional ke dunia digital agar lebih dekat dengan masyarakat modern. Produk ini juga dikembangkan bersama Fadlan Hawali, Alvin Novandi, Silvia, Muhammad Fuad Husein dari Teknologi Informasi Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi (DTETI FT), Donatus Yoga (Sekolah Vokasi), serta Losyiana Luh Jingga (FISIPOL) Universitas Gadjah Mada (UGM).
Saat ini, OkeSayur sudah memiliki 150 produk dalam katalognya dengan jumlah user mencapai 1.200 orang. Kita dapat memesan sayur, buah, seafood, daging, bumbu dapur, dan bahkan produk organik dalam aplikasi ini.
Setelah memesan produk, pembeli akan dapat melihat dari pasar mana produk yang dibelinya berasal dan berapa banyak pedagang yang telah dibantunya.
“Kami ingin konsumen kami cepat dan praktis. Sistem kami yang menentukan ke mana pembeliannya. Yang jelas, pasti yang terdekat posisinya dengan konsimen agar ongkirnya murah,” jelas Nindi lagi.
Walau begitu, OkeSayur juga berusaha memprioritaskan pada pedagang yang produknya kurang laku padahal kualitas produknya bagus.
Saat memakai OkeSayur, produk yang dibeli konsumen bisa juga berasal dari petani. OkeSayur juga menyasar pemilik bisnis kuliner. Selain memudahkan pebisnis dalam mendapatkan bahan-bahan makanan untuk produk kulinernya, hal ini juga menciptakan kestabilan untuk pedagangnya.
Kurir yang dipakai untuk mengantar produk, OkeSayur menggunakan mitra ojek online. Ketika ada pesanan masuk, mereka akan membelanjakan kebutuhan pelanggan di pasar tradisional kemudian menghantarkannya ke konsumen.
“Batas pemesanan maksimal jam 8 pagi untuk diantar hari itu juga. Apabila pesan dilakukan setelahnya maka barang belanjaan akan dikirim kesokan harinya,” katanya.
Pasar mitra yang digunakan OkeSayur adalah pasar-pasar yang berada di Yogya dan Klaten. Dengan mitra pedagang berjumlah 10 pedagang. Ke depannya, tentu mitra pedagang akan lebih banyak.
“Ini kekurangan kami saat ini. Jadi kalau ada konsumen dari Bantul, misalnya, ongkirnya mungkin jadi mahal. Saat ini kami mencari funding untuk memperbanyak pasar mitra kami,” ungkap mahasiswi DTETI UGM ini.
Jika sudah mendapat funding, OkeSayur berambisi untuk bermitra dengan semua pasar besar di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sehingga, konsumen yang memesan lewat aplikasi OkeSayur bisa mendapatkan produk yang dibeli dengan ongkir seminim mungkin.
Salah satu hal yang diperjuangkan oleh oleh OkeSayur ini adalah transfer teknologi. Saat ini mereka menggunakan admin untuk memutakhirkan data stok produk. Perlahan tapi pasti, mereka mensosialisasikan ilmu juga pada pedagang agar nantinya pedagang dapat memutakhirkan sendiri stoknya.
Kirim Komentar