Gudeg.net - Kabupaten Bantul memiliki kuliner-kuliner legendaris. Tongseng Ayam Sudimoro salah satunya. Terletak di selatan Pasar Bantul, tempat ini selalu ramai didatangi pembeli.
Ada dua menu, yakni tongseng ayam dan gulai ayam. “Kebanyakan yang makan di sini tongseng. Karena rasanya lebih variatif. Ada manisnya, ada pedesnya,” kata Ris, penjual, Selasa (21/5/2019).
Kami mencicipi tongseng ayam dan teh panas. Daging ayamnya empuk, dan bumbunya meresap. Gurih, manis dan pedasnya terasa pas. Tak heran kuliner ini jadi favorit banyak kalangan.
Teh panasnya menggunakan gula batu. Teh disajikan dalam gelas dan cangkir klasik. Gula batunya cukup besar. Jika gula batu dalam gelas mencair, tinggal tuangkan teh dari dalam cangkir agar rasanya tak terlalu manis.
Tongseng ini sudah ada sejak lebih dari 50 tahun lalu. “Sejak simbah dan simbok saya, tahun 65,” kata Ris. Sedikit cerita, dahulu tongseng ini dijual dengan pikulan.
“Dulu ada pikulannya, saya copot. Dulu waktu belum punya tempat, berjualan di depan warung. Terus yang punya warung ngasihkan ke kita tanah, suruh beli. Terus dibeli, sampai sekarang jadi milik sendiri,” terangnya.
Hingga kini ia masih menggunakan peralatan tradisional untuk memasak seperti alu, lumpang, cobek. “Nggak pakai blender kita. Semua masih tradisional,” ucapnya.
Ris mengisahkan, sejak dari orang tuanya dulu memang tidak berkenan jika bahan-bahan tidak diolah menggunakan alat tradisional.
Tongseng dan gulai ayam Sudimoro buka dari pukul 6.30 hingga 15.00. Tempat ini punya banyak penggemar. Di luar bulan puasa, tak jarang pembeli mesti mengantri untuk mendapat tempat duduk dan bersabar untuk menunggu pesanan datang.
Harga satu porsi tongseng atau gulai Rp 10.000. Jika dengan nasi dan minum, cukup siapkan kocek Rp 15.000.
Kirim Komentar