Gudeg.net—Artotel Project Series, bagian dari Artotel Group menggelar event marathon seni rupa kontemporer dan musik. Sukses digelar di Bandung sebelumnya, kali ini “Odyssey” digelar di Yogyakarta pada tanggal 26 Juli 2019.
Menggandeng seniman Theresia Agustina Sitompul, Ariel Nayaka & Blue Room Boys, Rubah di Sleatan, Ridwan, Tantra, Metzdub, dan banyak lainnya, Odyssey mengajak kita menikmati seni kontemporer lewat pameran visual art dan musik.
Musisi Ibukota dan lokal bergabung menampilkan ragam variasi musik dari musik etnik hingga musik digital. Pertunjukan di Slide Bar, lantai mezzanine ini punya sesuatu untuk menghibur semua orang dengan selera musik berbeda.
“Tahun ini berbeda. Kalau biasanya musik sendiri, seni sendiri. Tahun ini kami menyatukan keduanya. Dan ini luar biasa sekali,” ungkap General Manager Artotel Yogyakarta, Kusnadi.
Pameran visual art yang diusung Artotel Yogyakarta kali ini merupakan karya perupa muda yang juga adalah pengajar di Institut Seni Indonesia Surakarta, Theresia Agustina Sitompul.
Perempuan 38 tahun ini memamerkan seri karya seni grafisnya yang diberi tajuk “Amygdala: Print & Things’’. Karyanya dipamerkan di lobi artspace Artotel Yogyakarta hingga 31 Agustus 2019 mendatang.
“Saya memilih judul tersebut karena menurut saya kata ‘amygdala’ itu bagus. Lalu ‘print and things’ karena karya saya tidak semuanya printing. Amygdala sendiri adalah bagian kecil di otak kita untuk membantu kita survive. Mengatur emosi, rasa takut, dan sebagainya,” jelas Tere, panggilan akrabnya saat diwawancara di pembukaan (26/7).
Beberapa karyanya menggunakan media kain kasa tebal yang dikanji, lalu diprint dengan menggunakan teknik mencungkil karet sebagai media print.
Kain kasa biasanya dipakai Tere untuk membersihkan plat saat memakai teknik etching. Kali ini ia memutuskan kasa akan menjadi ‘produk jadi’.
Karyanya yang lain bahkan tidak menunjukkan hasil print, tetapi plat kuningan yang ‘harusnya’ digunakan untuk menunjukkan haisl print. Ia memerkannya polos berbentuk plat. Kesan ‘ketidakselesaian’ ini membuat kita dikorek rasa gemas dan penasaran.
Tere tidak menggunakan satu media saja dalam seri karyanya. Ia menggunakan mix media dalam penciptaannya.
“Saya selalu membuat karya harus explore terus. Karena bagi saya berkarya itu seperti meditasi. Kuno sekali ya hahaha,” ceritanya sambil tergelak.
Menurutnya, seorang seniman tidak mungkin terpaku pada satu media dalam berkarya. Pasti akan bersinggungan dengan media-media lain dalam perjalanan berkeseniannya.
Dibuka satu hari setelah Artjog 2019, event ini sengaja dibarengkan untuk berpartisipasi dalam kegembiraan Hari Raya Seni di Yogyakarta. Event penutup dan utama akan diadakan di Bali, Oktober 2019 mendatang.
Kirim Komentar