Gudeg.net—Studio Seni Grafis Minggiran didukung oleh Dinas Kebudayaan DI Yogyakarta menginisiasi agenda Pekan Seni Grafis Yogyakarta (PSGY) 2019 yang akan dilaksanakan di Museum Sonobudoyo (Eks-KONI) tanggal 14-27 September 2019 mendatang.
“Pekan seni ini diadakan untuk memberikan ruang atau pembelajaran seni khususnya seni grafis pada generasi muda,” ungkap Eni Lestari Rahayu, Kepala Bidang Pemeliharaan dan Pengembangan Adat Tradisi Lembaga Budaya dan Seni Dinas Kebudayaan DIY (12/9).
Dalam agenda PSGY 2019 akan dipamerkan karya linoleograf dari Baharudin Marasutan dan Mochtar Apin yang dapat disebut sebagai pelopor seni grafis di Indonesia.
Akan dipamerkan juga kumpulan karya linocut Mochtar Apin yang diberi tajuk 'Pantjangan Pertama' yang diterbitkan oleh Pustaka Rakjat pada tahun 1951. Bendelan ini adalah kumpulan karya lino sebanyak 12 eksemplar berukuran 8x10 cm.
Bambang 'Toko' Witjaksono memegang sampul Pantjangan Pertama
Tidak hanya karya dari tokoh pionir di Indonesia, karya seniman lain dengan teknik relief print dari berbagai generasi dan karya baru juga akan hadir dalam agenda pameran.
“Dengan demikian kita dapat melihat bagaimana perjalanan secara visual dari karakter, fungsi, dan makna karya grafis dengan teknik relief print di Indonesia,” ungkap Bambang ‘Toko’ Witjaksono selaku kurator.
Selain pameran, PSGY 2019 juga menghadirkan berbagai workshop, lomba, program residensi dua seniman dari luar kota, hingga seminar.
Workshop yang dapat diikuti secara gratis adalah mokuhanga, linocut, pembuatan kertas, sablon, relief print anak, relief wax, kitchen litho, dan restorasi kertas.
Sedangkan untuk lomba ada cukil battle, dan karya seni grafis untuk pelajar SMA/K. Seminar akan membawa pembicara Agung Kurniawan, Deni Rahman, Devy Ferdiyanto, dan Ipong Purnamasidhi.
Relief print adalah sebutan untuk teknik cetak dalam seni grafis. Di dalamnya jug atermasuk teknik cukil kayu di mana bagian matriks (plat atau papan) yang akan mencetak warna adalah pada permukaan aslinya.
Bagian yang tidak berwarna adalah bagian yang dicukil. Implementasi teknik ini dalam kehidupan sehari-hari dapat kita temui di cap atau stempel.
Salah satu karya dalam Pantjangan Pertama yang akan dipamerkan
Bambang juga menyampaikan penyesalannya karena tidak dapat membawa bendel karya Baharudin Marasutan dan Mochtar Apin ‘Linoleographs’ yang dijadikan alat diplomasi saat zaman kemerdekaan.
Portfolio karya relief print tersebut dibagikan kepada sejumlah negara pada ulang tahun pertama kemerdekaan Indonesia tahun 1946. Negara-negara ini adalah negara yang mengakui kemerdekaan Indonesia saat diproklamasikan.
Menurut Bambang Indonesia tidak memiliki copy dari portfolio tersebut. Ia telah menghubungi sejumlah negara untuk meminjam bendel tersebut untuk dipamerkan namun tidak membuahkan hasil.
Kirim Komentar