Gudeg.net—Lewat tubuh dan mulut, manusia dapat berbohong. Tapi tidak dengan mata. Hal ini adalah salah satu panduan Meuz Prast saat membangun koleksi lukisannya untuk pameran tunggalnya yang kedua yang bertajuk “Mata-Mata”.
Menurutnya, mata sudah lama menjadi daya tarik atau objek di wajah yang sangat digandrungi manusia. Mata juga adalah indra yang penting dalam aktifitas dilihat dan melihat.
Sedikit menapak tilas, konsep dan tema pameran ini adalah sekuel dari pameran pertamanya di bulan September dua tahun lalu.
Ia menjelaskan bahwa konsep dan isi pameran sebelumnya membahas fenomena yang terjadi di masyarakat menengah ke bawah. Terjadi pergeseran karakter saat media sosial muncul.
“Mereka ingin tampil lebih baik. Baik di depan kamera, maupun di depan teman-temannya,” ujarnya saat diwawancara di pembukaan pameran “Mata-Mata” di Miracle Prints Art Shop & Gallery (16/8).
Kembali ke tema pamerannya kali ini, manipulasi kata-kata maupun penampilan tidak dapat diproyeksikan lewat mata. “Mata akan selalu berkata jujur,” ujarnya lagi.
Ia juga mengkorelasikannya dengan arti lain mata dalam konteks budaya-religi. Meuz mengatakan, dalam agama-agama Abrahamic, mata menjadi simbol penting.
Dalam Islam, Hand of Fatima menjadi sesuatu yang kontroversial mengingat dalam Islam gambar mahluk yang bernyawa tidak diizinkan. Ada juga Hand of Miriam dalam Yahudi, Eye of Horus dalam Mesir Kuno, dan referensi mata juga banyak digunakan dalam Mesopotamia.
Namun sejatinya, hal tentang mata ini sudah kita temukan jauh sebelum agama abrahamic/samawi ini ada. Hal ini merupakan kebudayaan yang diserap dalam kepercayaan/agama.
Kris Budiman, yang memberikan pengantar saat pembukaan pameran ini memberi sudut yang menarik. Menurutnya, simbol-simbol mata yang digambarkan muncul dari lubang seperti mengintip merupakan proyeksi penyimpangan atau preversion.
Sebagai sesuatu yang menyimpang dan mengacu pada perilaku seksual, objek yang ‘diintip’ menjadi objek fetish-nya.
Dalam bahasa inggris, kata kerja ‘melihat’ memiliki banyak padanan kata untuk mendeskripsikan cara kita melihat. Salah satunya adalah ‘to gaze’. Harfiahnya, gaze adalah ‘to look with fixed eyes’. Menatap dengan mata yang tertuju pada satu objek itu.
Dalam urusan mandang-memandang ini, kegemaran mengintip adalah suatu kelainan yang disebut scopophilia. Kris lebih lanjut memberikan bacaan bahwa koleksi karya Meuz adalah suatu fetish yang dikamuflasekan.
Ia menunjuk simbol-simbol falus/phallic yang muncul dalam karya Meuzsebagai salah satu ‘petunjuk’. Falus sendiri adalah bentuk yang menggambarkan atau nampak seperti kemaluan laki-laki.
Ida Fitri yang menulis pengantar pameran ini menyebutkan bahwa “mata-mata” dapat memiliki dua arti. Sebagai reduplikasi dari indra mata yang jamak, atau mata-mata sebagai satu kesatuan kata yang dimaknai sebagai orang yang ditugasi menyelidiki secara diam- diam.
Kirim Komentar