Gudeg.net – Begitu sampai di warung sederhananya yang terletak di Jalan Jagalan, Pakualaman, Yogyakarta, Mbah Wadi bertanya ramah, mau dibungkus atau dimakan di sini. Kami memilih untuk makan di tempat dan mencicipi mie kopyok. Setelah menanyakan jumlah cabai yang diinginkan, ia segera membuatkan pesanan.
Mie kopyok Mbah Wadi terbilang legendaris. Mbah Wadi sudah berjualan selama puluhan tahun. Meski sudah sepuh, tangannya masih cekatan melayani pembeli yang datang siang itu.
Sambil membuatkan pesanan, nenek berusia delapan puluh tiga tahun ini bercerita, “Jualan kulo wiwit taun wolu gangsal, wonton pojokan mriko. Rumiyin mande werni-werni, brongkos, asem-asem, bakmi kopyok, tahu guling. (Saya berjualan sejak tahun 85, di pojokan sana. Dulu jual macam-macam, brongkos, asem-asem, bakmi kopyok, tahu guling),” ucapnya ramah, Rabu (28/8).
Ia berjualan di tempatnya sekarang sejak lima tahun lalu. Saat ini ada tiga menu di warungnya yakni mie kopyok, kupat tahu, dan setup jambu.
Warung ini punya banyak penggemar. Untuk makan di tempat, pembeli bisa makan di meja yang disediakan, namun memang jumlahnya tak banyak.
Meski begitu, tempat ini ramai pembeli, terutama di jam-jam makan siang. “Penuh ini kalau pas makan siang,” kata Rudi, salah satu pembeli kepada GudegNet. Ia sering bersantap di warung ini. “Yang bikin beda, kuahnya,” ucapnya.
Dalam semangkuk mie kopyok, ada bihun, mie kuning, potongan daging, taoge. Bisa pilih, lengkap dengan ketupat atau tidak. Porsinya mengenyangkan. Kuahnya gurih dan pedas, namun tingkat kepedasannya tergantung jumlah cabai yang diinginkan. Semangkuk mie kopyok harganya Rp 9000.
Tak sulit untuk menemukan warung ini. Warung ini terletak tak jauh dari Radio Retjo Buntung, dengan tulisan nama warung yang cukup besar. Warung ini buka setiap hari, mulai sekitar pukul 11.00 hingga habis, sekitar pukul 15.00-16.00.
Kirim Komentar