Gudegnet - Di Jalan Kabupaten, Sleman, tepatnya di KM 1,5 ada sebuah tempat sederhana untuk bersantap bubur gudeg di pagi hari. Penjual gudeg tersebut, Mbah Waginah telah menjual makanan khas Jogja tersebut sejak puluhan tahun lalu.
Pembawaannya ramah dan senang bercerita. “Kulo le dodol gudeg niku patang puluh taun wes eneng e ,mas,” (Saya jualan gudeg sudah ada empat puluh tahun) ucap nenek yang kini berusia 95 tahun tersebut.
Hingga kini ia masih menyiapkan dagangannya sendiri. Setiap hari Mbah Waginah berjualan dari pukul 06.00 hingga 10.00 bersama seseorang yang membantunya 6 tahun terakhir. Suaminya telah meninggal dan anak-anaknya berada di luar kota.
Ia berjualan di tempatnya sekarang sudah selama 17 tahun. Sebelumnya ia berjualan di daerah Besole. Sejak kecil Mbah Waginah sudah berjualan. “Riyin gek tasih cilik adol kacang telo, gathot thiwul, ketan lupis, suwe-suwe buruh gendong tenong,” (dulu waktu masih kecil jualan kacang singkong, gathot thiwul, ketan lupis, lama-lama buruh gendong) ujarnya.
Dulunya selain berjualan gudeg juga ada kue lupis, juga gorengan. “Sakniki awake pun mboten kuat, ngeten niki mawon,” (Sekarang badannya sudah tidak kuat, seperti ini saja) tuturnya ramah. Mbangane kulo niki ten ngomah, ora ono kancane, ngalamun,” (Daripada saya di rumah, tidak ada temannya, melamun) katanya lagi.
Dalam seporsi ada gudeg, krecek, areh, dan telur. Seporsinya murah, Rp 7000 saja, dan porsinya banyak. Dijamin kenyang untuk sarapan. Bisa disantap di tempat meski hanya cukup untuk beberapa orang. Jika haus, ada teh tawar dalam teko yang bisa diminum cuma-cuma.
Kirim Komentar