Gudeg.net- Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat menggelar Prosesi Ritual Hajad Dalem Jamasan Rata (Kereta) di Kompleks Museum Kereta Keraton di Jalan Rotowijayan Yogyakarta, Selasa (17/9).
Ritual Jamasan Rata dilakukan setiap hari Selasa Kliwon di Bulan Sura atau Muharram. Dalam penanggalan kalender Jawa hari ini merupakan bulan pertama di tahun Wawu 1953.
Ritual Jamasan Rata yang dimulai pada pukul 09.30 WIB ini diawali dengan mendoakan dua buah kereta yang akan dijamas atau dimandikan yaitu Kereta Nyai Jimat dan Kereta Kanjeng Kyai Jaladara.
Kedua kereta tersebut merupakan salah satu kendaraan yang pernah digunakan oleh Raja Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono I hingga Sri Sultan Hamengkubuwono III.
Abdi Dalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Penawu Joyo Wasito mengatakan, kedua kereta yang dijamas pada hari ini merupakan kereta pusaka milik Keraton Yogyakarta dan sangat bernilai sejarah.
“Kereta Nyai Jimat adalah hadiah dari Gubernur Jenderal Jacob Mossel yang memerintah pada masa Sri Sultan Hamengkubuwono 1 hingg III pada tahun 1740-1750,” ujarnya.
Penawu Joyo Wasito menjelaskan, prosesi jamasan ini dimulai dengan Kereta Nyai Jimat dibagian selatan museum lalu dilanjutkan dengan Kereta Kyai Jaladara dibagiantimur atau depan museum. Dibersihkan atau dijamas dengan menggunakan air yang dicapur dengan kembang dan perasan jeruk nipis. Jeruk nipis digunakan untuk membersihkan bagian terkecil dari kereta Nyai Jimat.
“Jeruk nipis digunakan untuk sela-sela bagian kereta yag sulit dijangkau dengan kain pembersih sekaligus dapat mengikis kotoran-kotoran kecil yang menyelip,,” jelasnya.
Setelah prosesi jamasan Kereta Nyai Jimat selesai, dilanjutkan dengan prosesi jamasan Kereta Kyai Jaladara. Jamasan Kereta Jaladara cenderung lebih cepat dibndingkan Nyai Jimat. Setelah ditarik keluar dari museum, kereta langsung disemprot mnggunakan air dan dibersihkan dengan air kembang yang telah tercampur dengan jeruk nipis.
Prosesi ritual jamasan Kereta Nyai Jimat diiukuti oleh ratusan warga yang telah hadir diseputar Museum Kereta sejak pagi hari. Mereka dengan tertib mengikuti setiap prosesi jamasan yang berlangsung.
Setelah prosesi jamasan Kereta Nyai Jimat, para abdi dalem membagikan air bekas ritual jamasan kepada para warga yang hadir.
Karena diyakini dapat membbawa keberkahan maka tidak sedikit warga yang saling berebut air bekas jamasan kereta Nyai Jimat tersebut.
Suparti warga asal Bantul menuturkan, didirnya datang bersama keluarga sejak pukul 08.00 WIB dan berharap memdapatkan air bekas jamasan.
“Sebelum berangkat tadi saya berdoa dari rumah agar bisa dapat air jamasan dan alhamdulillah dapat dua botol besar,” tuturnya.
Suparti berencana air jamasan kereta tersebut untuk dipakai mandi anaknya yang sedang sakit dirumah dan sebagian akan disiramkan kepada lahan ladang yang ia miliki.
“Mudah-mudahan air jamasan ini membawa berkah bagi keluarga saya, dan dapat mendatangan kesehatan bagi putra saya,” harap Suparti.
Selain kedua kereta pusaka tersebut dilakukan juga jamasan kedua pohon beringin pusaka Kiai Wijayadaru (Kiai Janadaru) dan Kiai Dewadaru yang berda di Alun-alun Utara Keraton Yogyakarta.
Kirim Komentar