Gudeg.net—Lewat tengah malam, Malioboro dikejutkan dengan penampilan tari dan puisi di pedestrian. Malioboro After Midnight hadir kembali setelah lebih dari dua bulan berselang.
Sudah dilaksanakan tujuh kali, Bimo Wiwohatmo penggagas acara ini berharap untuk kembali menghidupkan Malioboro, bukan melulu dari sisi ekonomi.
“Malioboro seperti di tahun 70-an, bisa lahir nama besar seperti WS Rendra, Ebiet G Ade, tanpa pertimbangan ekonomi. Mereka murni berekspresi,” ujar Bimo saat diwawancara di sela-sela acara (25/9).
Berbagai macam aksi dan penampil dari berbagai daerah meramaikan acara yang dimulai pukul 01.00 WIB ini. Flownesia dari Yogya, sebagai pembuka mempertunjukkan fire dance dan light dance yang atraktif.
Penampilan Flownesia di Malioboro After Midnight (25/9)/Trida
Pengisi acara lain berasal dari Indramayu, Bandung, dan Malaysia. Fetri Rachmawati, Siter Putro Nuswantoro, Jalu Pamungkas, Romo Dance Theater, Uti Setyastuti mengisi acara yang didominasi tarian ini.
Salah satu yang menarik adalah penampilan Siter Putro Nuswantoro. Selain bernyanyi diiringi petikan siternya, ia berkolaborasi dengan Kochil Birawa dan Luwi Darto membacakan puisi karya Indra Trenggono, ‘Malioboro Setelah 24 Jam’.
Kolaborasi baca puisi siter Putro Nuswantoro dan Kochil Birowo/Trida
Penampilan Romo Dance Theater mencuri perhatian dengan kostumnya yang eye catching dan performa yang magis. Mereka membawakan tarian tradisional Sabahan.
Studio Fetri Rachmawati membawakan tarian yang cukup berisiko. Menggantungkan penampilannya pada partisipasi penonton, penampilan kali ini cukup teatrikal.
Studio Fetri Rachmawati mengajak penonton dalam penontonnya/Trida
Cukup ditunggu, penampilan dari Lena Guslina dari Bandung menyedot banyak perhatian karena headdress-nya yang menarik.
Ia menarikan tarian berjudul “Samboja”. Tarian ini bercerita tentang seorang putri dari kerajaan Galuh yang menyamar menjadi ronggeng untuk membalas kematian kekasihnya.
Lena Guslina dalam penampilannya 'Samboja'/Trida
Menjelang pukul setengah empat pagi, pertunjukan ditutup oleh penampil dari Yogya, Uti Setyastuti. Ia membagikan makanan sebelum penampilannya.
Ia menginstruksikan untuk memakannya bersamaan dengannya. Sambil menikmati makanan ringan bersama-sama, ia menampilkan tarian yang cukup eksperimental yang diberi judul 'Sepen' atau dalam bahasa Indonesia 'sepi'.
Uti Setyastuti dalam penampilannya yang cukup eksperimental berjudul 'Sepen'/Trida
Setelah ditutup Flownesia memberikan penampilan kejutan yang diapresiasi oleh penonton.
Kirim Komentar