Gudeg.net—Agenda festival tahunan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman, Festival Garis Imajiner akan kembali dilaksanakan Jumat (13/9) mendatang.
“Festival ini menjadi suatu upaya untuk mewujudnyatakan bagaimana filosofi Yogyakarta dikonkritkan dalam sebuah aktivitas yang dapat disentuh oleh lapisan masyarakat,” ungkap Aji Wulantara, Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman dalam jumpa media di kompleks kantor Bupati (10/9).
Agenda ini diramaikan oleh salah satunya pawai budaya yang akan diramaikan oleh 1.315 penari seni religius dari Badui, Kubrosiswo, Trengganon dengan formasi tampilan 17-86-1212.
Peserta pawai budaya ini berasal dari berbagai macam daerah. Dari luar Sleman ada kontingen dari kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunungkidul, Kota Probolinggo, dan Kabupaten Wonosobo.
Pawai ini akan diarak sejauh dua kilometer dari Lapangan Bunder Purwobinangun sampai titik finish di Pulowatu (Tri Panunggal Rasa).
Festival ini bertujuan unutk memberikan edukasi pada masyarakat agar garis yang bersifat imajinasi itu diwujudkan dengan perilaku budaya masyarakat yang lebih mengedepankan nilai yang mencintai alam dan lingkungan, religiusitas, dam harmonisasi berbagai dimensi kehidupan.
Di titik finish pawai akan ada panggung utama di mana akan dipentaskan “Tari Catur Tama Sejati” yang menggambarkan penyatuan nilai Prasaja, Sembada, Welas Asih, dan Tembayatan.
Tari tersebut akan dibawakan oleh Sanggar Cikrak Kina. Selanjutnya akan ditampilkan display dari semua kontingen pawai budaya.
Lakon yang akan dibawakan oleh kontingen sanggar adalah; Sanggar Tari Cinde Wulung (lakon Kyai Sapu Jagad), Sanggar Tari Kembang Sakura (lakon Lampor), Sanggar Tari Bayu Murti (lakon Prajanjen P. Senopati), Sanggar Sekar Jagad (lakon Jumenengan Raja Mataram), dan Sanggar Tari Puri Ayodya (lakon Bregada Bajang).
Display dari kontingen sanggar ini menggambarkan latar belakang Mataram Islam. Mulai dari babat alas mentaok, pertemuan kanjeng Ratu Kidul dengan Panembahan Senopati, kemudian dilanjutkan dengan berdirinya Kasultanan Ngayogyakarta.
Pertemuan kanjeng Ratu Kidul dengan Panembahan Senopati sendiri merupakan simbol dari menyatunya daratan dan lautan.
Lalu dilanjutkan oleh Kanjeng Mangkubumi sebagai sultan pertama yang mengatur tata ruang di Yogyakarta dengan pola ‘laut selatan-Kraton Yogyakarta-Gunung Merapi’.
Konsep ini berlanjut dan dijabarkan sebagai ‘Hamemayu Hayuning Bawana’ dan konsep ‘Sleman Catur Tama Sejati’ yang diproyeksikan ke depan menjadi Sleman yang Berbudaya.
Rangkaian acara dimulai dari tanggal 11 September 2019 di Museum Gunung Merapi berupa Sarasehan Budaya bersama Kepala Dinas Disbud Sleman dan Dewan Kebudayaan Sleman. Untuk agenda selengkapnya dapat disimak di artikel berikut.
Pada penutupan festival ini Minggu, 15 September 2019, akan diadakan Festival Jathilan yang diisi oleh sembilan kecamatan Sleman. Ada pula pasar tiban, konser musik, dan wayang orang.
Festival Garis Imajiner merupakan bentuk selebrasi garis imajiner yang membentangi Yogyakarta. Acara ini dimaksudkan untuk menjadi representasi Sleman sebagai kiblat utara dalam konsep pembangunan ‘Kiblat Papat Lima Pancer’.
Festival ini berlangsung dari tanggal 11 September 2019 hingga 15 September 2019 di Museum Gunung Merapi, Lapangan Bunder Pakem, dan Pulowatu.
Kirim Komentar