Gudeg.net—Asean Traditional Textile Symposium (ATTS) Ketujuh akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Salah satu upaya pengenalan wastra (kain tradisional) melalui lomba craft menggunakan wastra.
Dengan hadiah total 100 juta rupiah, diharapkan kaum kreatif muda ASEAN bersemangat untuk semakin menghidupkan wastra.
Dibagi dalam beberapa kategori, lomba craft salah satunya dalam bentuk selendang dan sarung. Nita Kenzo, desainer kenamaan dalam bidang kain tradisi memberikan pendapatnya.
“ATTS menurut saya bagus sekali. Apalagi scope-nya ASEAN. Kegiatan ini bagus untuk memberi spirit untuk mengembalikan budaya kita yang juga adalah identitas bangsa kita,” ungkap Nita Kenzo saat ditemui di Bale Raos (15/10).
Dalam kompetisi wastra craft, peserta tidak dibatasi dalam hal ukuran. Material dapat menggunakan katun, sutera, atau serat alami lainnya.
Sedangkan proses pembuatannya bisa dikerjakan dengan proses tenun (alat tenun bukan mesin (ATBM) atau gedogan), sulaman atau bordir, jumputan, dan jika batik diperbolehkan batik tulis ataupun batik cap, atau kombinasi keduanya.
“Semoga seluruh ASEAN turut berpartisipasi,” ungkap perempuan yang jug amendirikan Galeri Batik Jawa Indigo ini.
Menurutnya, seluruh ASEAN memiliki wastra khas daerahnya. Melalui kompetisi semacam ini diharapkan warga ASEAN dapat saling mengenalkan wastra masing-masing. Tentu Indonesia mendapat kesempatan untuk mengenalkan lebih jauh karena diadakan di Yogyakarta.
Melalui kompetisi ini pula, diharapkan bermunculan motif-motif baru. Nita berharap di kategori tenun, motif-motif baru akan muncul menyemarakkan dunia wastra.
Terlebih, usia maksimal untuk mengikuti kompetisi ini adalah 40 tahun. Semangat muda tentu diharapkan membawa hembusan angin segar dalam hal motif agar wastra terus berkembang.
Kirim Komentar