Gudeg.net-Pameran Neo Decora resmi dibuka pada Kamis (17/10) di Langgeng Art Foundation, Suryodiningratan, Yogyakarta. Menampilkan lukisan terbaru karya Wisnuaji Putu Utama, Elka Alva Chandra, dan Arif Hanung TS, pameran ini merupakan bagian dari rangkaian pameran GRENG-100 tahun Widayat.
Widayat adalah seorang maestro lukis Indonesia yang lahir pada 1919. Ia adalah salah satu pelukis Jawa yang paling berpengaruh di abad 20 dan dikenal dengan gayanya yang disebut dekoratif magis.
Dalam pameran ini kurator dan seniman kembali melihat kembali prespektif dekora magis yang menjadi sebuah warisan pengetahuan dari maestro Widayat.
Citra Pratiwi, kurator, menerangkan, karya lukisan ketiga seniman tersebut tidak berasal dari pijakan yang sama. Keragaman ini disengaja namun dalam semangat yang sama mengenai makna lukisan dan decora.
Namun ketiga seniman memiliki kesamaan dalam berkarya. Karya-karya mereka menggambarkan mengenai alam dan lingkungan.
“Dekoratif bagi mereka bertiga tidak berhenti pada keindahan semata tapi juga punya nilai kritis atas nilai-nilai humanisme dalam lingkungan,” kata Citra Pratiwi dalam katalog pameran.
Oei Hong Djien, kolektor lukisan dalam sambutan pembukaannya mengatakan,
Widayat merupakan seorang maestro yang memiliki kontribusi besar terhadap edukasi, dan juga memiliki pengaruh seperti halnya setiap seniman besar.
“Pak Widayat orang penting sekali, maka perlu diperingati 100 tahunnya. Saya sejak 30 tahun yang lalu sudah menempatkan Widayat ini sejajar dengan Affandi, Hendra Gunawan, Soedjojono,” katanya Kamis (17/10).
Hong Djien mengatakan, tajuk rangkaian pameran “Greng” berasal dari istilah Widayat sendiri. Widayat juga memiliki istilah khas lainnya yakni “ngrenyem” yang dimaknai ‘nyodok’, berbobot.
Menurut Hong Djien, ada dikotomi antara decorativism, dengan ‘greng’ dan ‘ngrenyem’ karena ngrenyem bermakna berat, ‘nyodok’, sedangkan decorativism adalah hal yang indah, cantik.
“Justru Widayat ini karena dia ini indah tapi kok bisa ‘greng’ dan ‘ngrenyem’ makanya decorativism-nya Widayat itu tidak enteng tapi ada magic-nya, magis,” ucap Hong Djien.
Acara ini terselenggara atas kerja sama antara SICA, Museum dan Tanah Liat & Langgeng Art Foundation.
Pameran ini berlangsung 17 Oktober hingga 17 November 2019.
Kirim Komentar