Gudeg.net- Pagi masih menunjukan pukul 09.00 WIB namun ribuan warga sudah mulai berdatangan memadati bagian muka dari Gerbang Kraton Yogyakarta, Minggu (10/11).
Mereka menunggu keluarnya tujuh buah gunungan yang telah dipersiapkan oleh Kraton untuk dibagikan kepada masyarakat dalam prosesi Garebeg Maulud memperingati Maulid Nabi Muhammmad SAW.
Tujuh gunungan tersebut diantaranya Gunungan Lanang, Wadon, Gepak, Darat, Pawohan dibawa ke Pelataran Masjid Gedhe Kauman dan dua gunungan yang sama yaitu Gunungan Kakung dibawa ke Kepatihan dan Sewandanan Puro Pakualaman.
Gunungan yang berisikan sejumlah hasil bumi dan makanan kecil seperti wajik tersebut dikawal oleh pasukan bregada seperti Bregada Wirabraja, Dhaeng, Patangpuluh, Jogokaryo, Prawirotama, Ketanggung, Mantrijero, Nyutro, dan Surakarso serta pasukan gajah.
Satu kali tembakan kehormatan atau salvo ke udara menandakan dimulainya prosesi arak-arakan gunungan. Ratusan abdi dalem yang mengusung tujuh gunungan pun mulai terlihat keluar dari Pelataran Kraton Yogyakarta.
Hal tersebut membuat warga yang berada di Masjid Gedhe Kauman semakin antusias untuk melihat arak-arakan yang dipimpin oleh para abdi dalem senior berpakaian putih.
Cuaca panas yang cukup menyengat tidak menyurutkan semangat warga untuk merayah atau memperebutkan isi gunungn setelah didoakan oleh sejumlah imam Masjid Gedhe dan sesepuh Kraton.
Setelah doa dipanjatkan, tidak pelak seluruh warga mulai menyerbu lima gunungan yang ada , mereka saling dorong bahkan saling berteriak saat memperebutkan isi gunungan.Keadaan seperti itu manjadi hal yang lumrah karena warga meyakini bila mendapatkan isi gunungan akan ada berkah yang menyertai.
Itu juga diyakini oleh Hardi warga Wirobrajan yang mendapatan bagian utama dari gunungan Lanang yaitu umbi-umbian dengan ukuran yang cukup besar.
“Butuh tenaga yang cukup kuat kalau mau dapat yang paling atas karena semua orang pasti mengincar bagian itu,” ujar Hardi.
Hardi menjelaskan, gunungan hasil bumi ini merupakan hak untuk seluruh warga yang diberikan oleh Raja Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Hamengkubuwono X. Dan ia meyakini bahwa ada berkah di setiap isi gunungan yang dipersembahkan oleh raja.
“Bagi kami orang Yogyakarta, gunungan merupakan berkah dari raja kami terlebih gunungan ini untuk memperingati Maulid Nabi, pasti berkahnya berlipat-lipat,” jelas pria yang sempat terluka akibat merayah gunungan.
Tidak berbeda dengan Heni Tri, ia mengakui bahwa dengan mendapatkan isi gunungan akan ada keberkahan yang akan dibawa pulang.
“Saya hanya dapat wajik yang warna-warni dan pelepah pisang pengikat gunungan, namun ini sudah cukup membuat saya senang,” ujar wanita baya yang hanya menunggu dari tepian arena rayahan.
Dapat dikatakan, prosesi rayahan atau memperebutkan gunungan menjadi hal yang cukup berbahaya bagi para wanita baik yang muda maupun yang sudah berumur.
Garebeg Maulud merupakan salah satu satu prosesi di Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat untuk memperingati Maulud Nabi Muhammad SAW. Selain itu masih dua garebeg yang juga menjadi tradisi dari Kraton Yogyakarta yaitu Garebeg Syawal untuk merayakan Idul Fitri dan dan Garebeg Besar pada saat perayaan Idul Adha.
Kirim Komentar