Gudeg.net- "Almarhum Bapak Djaduk Ferianto merupakan seniman besar yang dimiliki Yogyakarta, sosok yang penuh dengan sifat rendah hati, berjiwa seni tinggi dan penuh toleransi," ujar mantan Menteri Agama Lukman Hakim pada saat menghadiri misa pelepasan jenazah Gregorius Djaduk Ferianto di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK), Rabu (13/11).
“Selain seniman besar. Pak Djaduk merupakan insan yang penuh welas asih, dan tentu kita merasa kehilangan sosok almarhum,” lanjutnya.
Lukman Hakim mengungkapkan, tidak bisa lagi mendengar candaan, gelak tawa serta pikiran-pikiran almarhum tentang kesenian dan kehidupan. Almarhum telah berpulang dengan tenang kehadapan Tuhan Sang Pencipta manusia.
(Mantan Menteri Agama Lukman Hakim (kedua dari kanan) duduk berdampingan dengan Butet Kertaradjasa (tiga kiri) saat misa di PSBK)
“Mari kita lepas almarhum tidak dengan kesedihan karena saat ini beliau sudah menyelesaikan tugas kemanusiaannya dan tiba waktu bagi almarhum untuk pulang keharibaanNya,” ungkapnya.
Mantan Menteri Agama itu juga sempat membagikan pengalamannya bersama almarhum ketika menghadiri sebuah acara.
“Almarhum pernah memberhentikan sebuah pementasan grup yang dipimpinnya karena mendengar suara adzan dari sebuah masjid, disitulah jiwa toleransi almarhum yang wajib kita contoh,” tuturnya.
Suasana misa semakin khidmat ketika Pemimpin Misa Romo G. Budi Subanar meminta keluarga besar almarhum mendekati peti jenazah untuk memberikan doa terakhir.
Isak tangis dan linangan air mata dari sanak keluarga tidak dapat dibendung, terutama pada saat peti akan ditutup. Lantunan lagu rohani berkumandang seiring dengan berakhirnya prosesi misa.
Pemakaman akan dilangsungkan dimakam keluarga besar Bagong Kussudiardja yang berlokasi di Pemakaman keluarga Sembungan Kasihan Bantul.
Seperti diketahu Djaduk Ferianto wafat pada Rabu (13/11) pukul 02.30 WIB yang diduga karena serangan jantung seusai mengikuti rapat untuk pagelaran seni Ngayogjazz yang akan dihelat 16 November 2019.
Djaduk Ferianto lahir di Yogyakarta, 19 Juli 1964. Ia meninggalkan seorang istri, Bernadette Ratna Ika Sari, dan lima orang anak; Gusti Arirang, Ratu Hening, Gallus Presiden Dewagana, Kandida Rani Nyaribunyi, dan Rajane Tetabuhan.
Kirim Komentar