Gudeg.net—Meninggalnya seniman senior Djaduk Ferianto dini hari tadi mengejutkan banyak pihak. Selain baru berusia 55 tahun, malam sebelumnya Djaduk masih rapat bersama tim Ngayogjazz 2019.
“Malam masih rapat Ngayogjazz di sekre, markas Wartajazz di Jalan Munggur,” ungkap Novindra Dirantara, Board Creative Ngayogjazz saat dihubungi lewat telepon (13/11).
Ia juga menceritakan Djaduk nampak pucat dan kurang sehat saat rapat namun ia pikir karena Djaduk sedang kecapekan. Saat ditanya Djaduk hanya menjawab tidak apa-apa.
Pada Selasa (12/11) Djaduk memang ada sesi latihan dengan Kua Etnika, lalu datang terlambat ke rapat Ngayogjazz sekitar pukul 20.00 WIB. Peserta rapat pamit pulang ke rumah masing-masing pada pukul 24.00 WIB, termasuk Djaduk yang lalu kembali ke kediamannya.
Saat sampai ke rumahnya, Djaduk sempat mengeluh pada istrinya, Bernadette Ratna Ika Sari atau akrab dipanggil Petra, bahwa dadanya seperti kesemutan.
Pemeran Kertaradjasa dalam film “Petualangan Sherina” tersebut tidak mengindahkan keluhannya itu dan pergi tidur. “Pak Djaduk terbangun, tapi omongannya udah gak keruan gitu,” lanjut Vindra.
Saat Djaduk terbangun Petra sempat memanggil salah satu kakak Djaduk untuk menemani. Namun takdir berkata lain, Djaduk meninggal pada pukul 02.30 WIB tanpa sempat dibawa ke rumah sakit.
Sepuluh menit setelah terbangun, Djaduk meninggal dalam damai di samping istrinya. Paramedis lalu datang untuk memastikan tutup usia Djaduk Ferianto.
Gregorius Djaduk Ferianto adalah anak bungsu dari maestro tari Bagong Kussudiardja. Bersama kakaknya, Butet Kartaredjasa, mereka memperkuat Teater Gandrik yang dibentuk oleh Heru Kesawa Murti, Susilo Nugroho, Saptaria Handayaningsih, dan Jujuk Prabowo pada tahun 1983.
Pimpinan Orkes Sinten Remen ini lahir di Yogyakarta, 19 Juli 1964. Ia meninggalkan seorang istri dan lima orang anak; Gusti Arirang, Ratu Hening, Gallus Presiden Dewagana, Kandida Rani Nyaribunyi, dan Rajane Tetabuhan.
Kirim Komentar