Gudeg.net—Tidak habis ide kreatif warga Lemahbang, Dlingo menjadikan lahan desa produktif. Tanah yang cukup tandus dan keras dijadikan warga sebagai destinasi wisata yang dinamakan Tebing Watu Mabur.
“Nama Tebing Watu Mabur diberikan oleh warga setempat, namanya mas Wahyu. Saat itu masih kuliah, di UPN (Universitas Pembangunan Nasional Veteran),” cerita Sarmijan, 34, salah satu pengelola Tebing Watu Mabur saat diwawancara (12/10).
Menurut ceritanya, saat itu Wahyu mencari tempat camping untuk teman-temannya pada tahun 2014. Ia lalu menemukan spot yang sekarang menjadi tempat wisata tersebut.
Pemandangan dari salah satu spot foto Tebing Watu Mabur, Selasa (26/11)-Gudegnet/Trida
Awal mulanya lokasi ini masih berupa pepohonan, telaga yang sudah mengering, dan tebing yang tidak beraturan. Cukup sehari saja Wahyu dibantu warga desa mem-babat alas lokasi tersebut hingga cukup untuk dijadikan tempat camping.
Selayaknya manusia moderen zaman now, tentu foto-foto langsung diunggah ke media sosial. Lokasi yang masih perawan, sunrise yang cantik, kabut yang berurunan, lanskap bukit, dan Sungai Oya langsung menarik perhatian warganet.
Pemandangan dari Tebing Watu Mabur ke Sungai Oya, Selasa (26/11)-Gudegnet/Trida
Watu Mabur sendiri diambil dari dari bentuk awan yang berarakan turun saat musim penghujan. Awan ini berbentuk benjolan-benjolan yang nampak seperti batu bertebaran.
Ramai dikunjungi, destinasi ini lalu mendapat bantuan dari Dinas Pariwisata DI Yogyakarta di tahun 2017. Lahan pun perlahan-lahan dibangun oleh warga agar semakin layak dikunjungi.
Saat artikel ini terbit, jalan tembusan ke arah Desa Kediwung dan Desa Kanigoro sedang ditata dan diperbaiki agar di masa depan akses lebih terbuka dan lebih nyaman dikunjungi.
Pemandangan dari salah satu spot foto Tebing Watu Mabur, Selasa (26/11)-Gudegnet/Trida
Berwisata ke tempat ini kita cukup membayar Rp2.500 saja per orang. Biaya parkir Rp5.000 untuk mobil, Rp2.000 untuk motor.
Bagi yang senang camping, cukup membayar Rp15.000 per orang. Tidak perlu khawatir kelaparan, kuliner di sini cukup lengkap dan jika ada yang sedang menginap bisa minta buka 24 jam. Kamar mandi dan air bersih juga sudah tersedia.
Suasana di spot foto Tebing watu Mabur, Selasa (26/11)-Gudegnet/Wirawan Kuncorojati
Bingung mencari tenda? Juga tidak perlu khawatir. Warga menyediakan sewa tenda dome dengan harga Rp50.000 per malam. Kita cukup datang, tenda sudah berdiri. Disediakan kayu bakar dan spot api unggun gratis. Walau begitu, penerangan listrik juga ada di sini.
Tidak sulit mencapai tempat ini. Kendaraan roda empat pun masuk sampai lokasi. Dari parkiran kita cukup berjalan 50 meter ke spot-spot foto.
Suasana di spot foto Tebing watu Mabur, Selasa (26/11)-Gudegnet/Wirawan Kuncorojati
Dari Jalan Imogiri Timur mentok sampai pertigaan, ambil jalan ke kiri (Jalan Makam Raja). Sekitar 50 meter setelah Polsek Imogiri, akan ada pertigaan jalan besar. Di pertigaan tersebut, ambil jalan ke kanan, ke arah Jalan Mangunan.
Ikuti jalan sampai jalan pecah ke arah Hutan Pinus dan ke arah Dlingo. Ambil jalan ke arah Dlingo. Di perempatan Kebun Buah Mangunan ambil jalan ke kanan (selatan). Dari perempatan tersebut sudah banyak petunjuk jalan ke arah Tebing Watu Mabur.
Dari Terminal Giwangan jarak tempuh sekitar 19 kilometer, atau 40 menit menggunakan kendaraan roda empat. Selama perjalanan Tim Gudegnet tidak menemukan kesulitan. Kondisi jalan relatif baik, hanya kira-kira 100 meter terakhir yang cukup berlubang. Namun jalan tersebut sedang diperbaiki.
Pemandangan di spot foto Tebing watu Mabur, Selasa (26/11)-Gudegnet/Wirawan Kuncorojati
Kirim Komentar