Gudeg.net - Membawa brand GunaGoni, Bimo Wijoseno membuat goni bekas menjadi berarti kembali. Dengan kreasinya kain goni menjadi tas, topi, hingga dompet.
Berawal dari kesukaannya jalan-jalan di pasar tradisional dan melihat produk-produk kerajinan, Bimo memulai GunaGoni sejak enam tahun lalu.
Suatu ketika ia membeli kain goni bekas dari toko hasil bumi di pasar tradisional. Saat itu kain tersebut tak langsung dibuat menjadi tas, hanya dikumpulkan saja. Idenya juga tak seketika muncul.
Setelah mendapat saran dari seorang teman, akhirnya ia memproduksi tas dari goni bekas pertama pada tahun 2013. Ketika itu ia membuat tas model postman atau pak pos.
Ide desainnya antara lain juga didapat dari tas Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (Ospek) mahasiswa baru pada tahun 80-90 an. Model tas yang ia buat pun tak jauh berbeda dari tas ospek tersebut.
"Sesederhana tas Ospek, ditambahi sedikit-sedikit. Talinya yang bagus, kancing pakai kulit, bathok kelapa, referensinya ya Ospek itu," kata Bimo ketika berbincang dengan GudegNet di kediamannya, Minggir, Sleman, Kamis (27/11). Untuk membuat tas ia tak belajar secara khusus. Ia terus mencoba dan akhirnya terbiasa.
GunaGoni kemudian mulai mengikuti acara-acara komunitas dan juga festival kesenian di Yogyakarta. Pada 2014, GunaGoni bersama beberapa teman petani, pengrajin dan peternak lalu membangun pasar komunitas Pasar Sasen. Pelan namun pasti, GunaGoni mulai diminati.
Menurutnya ia hanya menumpang kehebatan yang sudah dimiliki kain goni. “Dia itu udah kuat, bernafas, gampang terurai, pokoknya lengkap. Aku cuma numpang kehebatannya dia, tinggal tak blow up aja," katanya.
Ia memilih membangun brand ramah lingkungan untuk produknya. Semaksimal mungkin ia memilih bahan-bahan yang bisa terurai, seperti kulit dan bathok atau tempurung kelapa. Ia juga tak menggunakan pemutih ataupun pewarna.
"Ini cuma upaya kecil kalau aku berterima kasih sama alam itu begini. Akeseorisnya nggak pakai plastik. Memang lebih mahal, tapi kalau udah rusak, dibuang, hilang di tanah. Dari kulit, bathok, itu yang terbaik, bisa terurai," katanya.
Bimo tengah memegang salah satu model produk GunaGoni, tas sepeda, di kediamannya, Minggir, Sleman, Kamis (27/11) - Gudegnet/ Wirawan Kuncorojati
Hingga kini ada 14 model hasil kreasinya. Mulai dari tas slempang, tas ransel, topi, dompet, sampul buku, hingga baju. Ada pula tas yang dibuat menggunakan tali dari kulit. Namun memang tak semua dari model tersebut selalu ia buat.
Ia tetap mempertahankan goni apa adanya agar "tampang" sampahnya tetap ada. "Niatnya karena pingin goni bekas berguna lagi. Itulah GunaGoni, gunakan goni. Tagline-nya kan goni bekas berarti lagi," katanya.
Dalam sebulan ia bisa membuat dua hingga tiga lusin produk. Ia mengaku tak terlalu ngoyo mengejar kuantitas produksi. Ia membuat produk bersama istri dan dua anaknya. Masing-masing produk memiliki gambar yang berbeda pada labelnya, tergantung kreasi putrinya.
Kini ia menyiapkan pengemasan baru untuk produknya dengan menggunakan besek. "Rencana ke depan konsisten saja. Semoga bisa tetap setia," katanya.
GunaGoni bisa dibeli di toko-toko Hamzah Batik, Praja, bisa juga dipesan via instagram @gunagoni.
Kirim Komentar