Gudeg.net–Melalui karya-karyanya dalam pameran “Perempuan dalam Bingkai Abstrak”, Hendrik Barata mengungkapkan kekagumannya atas perempuan. Guratan-guratan abstraknya menyimpan cerita mengenai perempuan.
“Lukisan abstrak itu membuka imaji. Banyak misteri di dalamnya. Saya mendapat rumus bahwa memahami lukisan abstrak itu jangan dipaksa untuk menarik makna. Kalau perlu masukkan diri ke dalam lukisan tersebut,” ungkap Fathul Fahid, Rektor UII Yogyakarta, yang juga pembuka pameran, Rabu (18/12) di Rumah Budaya Tembi.
Hendrik sendiri mengungkapkan bahwa perempuan adalah sosok yang misterius dan tangguh. Menurutnya, hal yang spesifik saat direnungkan dan diamati, perempuan sungguh elok dan penuh guratan misterius.
“Perempuan ya disayang, disakiti, tapi tetap berdiri,” ungkapnya. Guratan misterius ini menjadi segudang inspirasi baginya.
Dalam pembukanya, ia mengatakan bahwa tidaklah jelas ada sosok perempuan dalam bauran aneka warna dan goresan kanvas. Namun ia tidak sekadar bermain-main dengan bahan cat.
Ia sadar ketika menggerakkan katangan dengan pola; campur aduk, gores, siram, ciprat, membiarkan antara air dan cat warna dipermainkan alam.
“Biarkan karya saya bergerak bebas dan ruh karya saya yakin akan berjumpa dengan ruh cinta yang sama,” ungkapnya lagi.
Pameran ini cukup spesial karena cukup jarang pelukis pria yang mengangkat tema perempuan dengan kesadaran gender untuk pameran tunggalnya.
Kita memang mengenal ada sosok Basoeki Abdullah sebagai pelukis yang kerap menggunakan sosok perempuan dalam karyanya, namun ia biasanya mengangkat sisi estetik perempuan.
Hendrik sendiri berasal dari Surabaya. Sekarang ini ia masih bertugas di Dinas Pendidikan dan Kebudayan Provinsi Jawa Timur. Ini bukan kali pertama ia berpameran di Yogyakarta. Sebelumnya di tahun 2015 di Indicology.
Pameran “Perempuan dalam Bingkai Abstrak” berlangsung di Rumah Budaya Tembi, Sewon, Bantul dari 18 Desember 2019 hingga 4 Januari 2020.
Kirim Komentar