Gudeg.net- Ratusan hasil karya lukis dari seniman seni rupa asal Pulau Dewata Bali Ni Nyoman Sukari digelar secara terbuka untuk umum di Taman Budaya Yogyakarta, Senin (30/7).
Pameran lukisan yang bertajuk TRAJECTORY : POSTHUMOUS SOLO EXHIBITION OF I NYOMAN SUKARI ini merupakan hasil kolaborasi antara Sarasvati Art Communication & Publication, OHD Museum, dan beberapa pelukis Bali dari Sanggar Dewata Indonesia (SDI).
Perwakilan Sanggar Dewata Indonesia (SDI) Nisaa Latifah mengatakan, pameran ini memamerkan karya Ni Nyoman Sukari yang berasal dari keluarga serta dari sejumlah koleksi pribadi teman Ni Nyoman Sukari sendiri.
“Pada pameran ini terdapat juga lukisan koleksi dari Dr. Oei Hong Djien dan Lin Che Wei, yang juga merupakan teman dari Ni Nyoman Sukari,” ujarnya.
Nissa menambahkan, pameran ini diadadakan dengan tujuan utamanya adalah mengapresiasi karya-karya dari Ni Nyoman Sukari yang telah meninggal dunia pad tahun 2010 lalu. Dan dengan riset yang cukup lama oleh Lin Che Wei akhirnya terselenggaralah pameran lukisan yang beraliran ekspresionis ini.
“Tujuan kami hanya ingin masyarakat tahu dan mengerti bahwa lukisan karya beliau (Ni Nyoman Sukari) masih layak untuk diapresiasi atau dibaca dengan utuh sebaga perjalanan dari awal hingga akhir hidupnya yang banyak dihabiskan di Yogyakarta,” tambah Nisaa Latifah.
Terdapat tiga titik lintasan kehidupan dari Nyoman Sukari diantaranya masa perintisan karier pada saat Sukari belajar seni rupa secara formal di Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) Sukawati Denpasar.
Lalu masa pengembangan, atau disebut juga “Fase Yogya Pertama”, Fase ini merupakan fase yang penuh tantangan dan tegangan bagi Sukari disebabkan karena berbagai tugas, pertarungan gagasan, penyesuaian dan proses pencarian identitas karyanya.
Lintasan ketiga, adalah “Fase Yogyakarta kedua”, fase ini disebut juga sebagai fase negosiasi dimana sebagai seniman yang bermukim di Yogyakarta, karya-karya Sukari beradaptasi dengan kehidupan Yogyakarta yang penuh kontestasi, penuh tegangan dan juga penuh godaan antara yang ideal dan pragmatis.
Koordinator Kurator pameran I Gede Arya Sucitra menyatakan, karya-karya Sukari dapat dibilang sebagai salah satu pendobrak seni rupa di Indonesia.
“Banyak karya Sukari yang sejak tahun 1968 – 2010 menjadi rebutan para kolektor dan melalui pameran Spirit ‘90 di tahun 1994 menjadi pemicu boom seni rupa di Indonesia pada saat itu,” tulisnya pada siaran press.
Sementara itu pada pameran ini juga dihadirkan istri dari Ni Nyoman Sukari yaitu Ibu Nyoman Aryaningsih.
“Ini merupakan salah satu keinginan terbesar dari Nyoman Sukari pada saat karya-karyanya dapat diapresiasi secara baik oleh para penikmat seni lukis di Indonesia,” tuturnya.
Ibu Nyoman Aryaningsih juga mengungkapkan rasa terimakasihnya atas penyelenggaran pameran yang mana Sukari sangat jarang menggelar pameran tunggal semasa hidupnya.
Pameran dibuka bersamaan dengan Jogja Art Week pada tanggal 27 Juli – 12 Agustus 2019, buka setiap hari pukul 10.00 WIB – 21.00 WIB.
Kirim Komentar