Gudeg.net- Tahun ini, Gunung Merapi telah mengalami 11 kali letusan eksplosif dan itu cukup tinggi bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu 2019.
Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida saat menggelar Seminar Mitigasi Bencana Geologi dengan tema Kabar Merapi Terkini secara online di akun Youtube BPPTKG, Rabu (1/7).
“11 kali letusan eksplosif tahun ini menandakan bahwa Gunung Merapi terus beraktifitas dan itu merupakan hal yang bagus daripada Merapi hanya berdiam saja.” ujar Hanik Humaida.
Menurut Hanik, fase magmatik Merapi telah dimulai sejak bulan Agustus 2018 dimana pertumbuhan kubah lava baru mulai terlihat walaupun dalam skala kecil. Saat itu kenaikan kubah lava berkisar antara 3.000-5.000 meter kubik per harinya.
“Walaupun masih dalam skala kecil akan tetapi tetap saja terhitung kenaikan besar kubah lava. Peningkatan magmatik dapat diukur dari komposisi kandungan perut magma, gas dan lainnya yang terus bergerak,” tuturnya.
Selama ini hasil dari pengamatan Gunung Merapi, letusan eksplosif dapat disebabkan oleh peningkatan aktifitas gas yang terkandung dalam perut Merapi seperti dua kali letusan yang terjadi minggu lalu.
Hanik mengungkapkan, gas memiliki kekuatan yang menjadikan penentu krusial, makin tinggi tekanan gas maka akan semakin besar letusan eksplosif yang akan di keluarkan.
“Ketika gas magma dalam perut Merapi semakin banyak dan tercampur maka akan menjadi bahan pemicu erupsi yang cukup besar. Terlebih saat berada dekat dengan permukaan bibir kawah,” ungkapnya.
Kondisi gas CO2 didalam perut Merapi sejak tahun 2018 terus mengalami pergerakan atau peningkatan dan hal itulah yang membuat dua kali letusan eksplosif kemarin cukup besar.
“Tim BPPTKG terus memantau dengan perhitungan real time melalui online tentang perkembangan kondisi gas CO2 di perut Merapi. Setiap perkembangan yang terjadi pada Merapi akan terus diupdate kepada masyarakat,” kata Hanik.
Pada akhir seminar via daring ini, Hanik tetap mengimbau agar masyarakat tetap berhati-hati dan menjauhi puncak Gunung Merapi dengan radius maksimal 3 km.
“Tetap waspada seperti status Merapi yang Waspada sejak Mei 2018, namun jangan terlalu panik apabila terjadi letusan baik freatik maupun eksplisif. Kami akan terus memantau perkembangan Merapi walaupun di tengah pandemi Covid-19 seperti saat ini," imbaunya.
Kirim Komentar