Gudeg.net - Selain bernilai fungsional, tas juga melengkapi penampilan. Menjawab kebutuhan mode, terutama untuk perempuan, Dody Andri Setyawan (29) membuat tas unik berbahan kayu.
Perkenalannya dengan kerajinan kayu bermula pada 2015. Ketika itu ia melihat-lihat kerajinan boneka dan jam tangan dari kayu di Kasongan, Bantul.
Tertarik, ia pun melakukan riset, dan mulai mencoba untuk membuat desain jam tangan dari kayu.
Setelah produk jadi, ia menemukan ada jam tangan kayu yang dijual seharga Rp 200.000-Rp 300.000, namun ada pula produk serupa yang dijual jutaan rupiah.
Ia merasa persaingan harga tersebut sudah tak sehat. “Cuma banting-banting harga ‘kan mainnya,” katanya ketika ditemui Gudegnet di workshopnya, Pajangan, Bantul, beberapa waktu lalu. Ia pun tak melanjutkan membuat jam tangan.
Dari proses riset dan pembuatan jam tangan tersebut, telah terkumpul alat-alat dan juga ilmu tentang kerajinan kayu. Tak ingin alat-alatnya mangkrak, Dody mencari ide untuk membuat produk lain, dan memutuskan untuk membuat speaker dari kayu dengan merek Ruaya.
Speaker tersebut kurang lebih berbentuk seperti gelas, yang berfungsi sebagai pengeras suara dengan memanfaatkan resonansi.
Produk unik itu menarik perhatian sebuah marketplace, yang kemudian mengajaknya berkolaborasi. Marketplace tersebut memiliki program untuk mengangkat produk lokal. Promosi dilakukan melalui iklan di TV, billboard, juga video membuat Ruaya makin dikenal.
“Produk kan ada masanya. Nggak naik terus, tapi ada turunnya. Apa lagi produk seperti ini, yang bukan kebutuhan pokok. Kalau begini terus nggak bisa hidup,” ucapnya, Kamis (17/9).
Ia lalu melakukan analisa pasar untuk berinovasi. "Yang loyal berbelanja ‘kan kaum wanita. Karena kita punyanya craft, taunya kayu, kira-kira barang apa yang bisa mencukupi kebutuhan mereka, ya fashion. Ketemulah tas,” ucapnya lagi.
Akhirnya ia mulai memproduksi tas kayu pada 2017. Kayu Mindi dipilih sebagai bahan, karena memiliki bobot yang ringan, dan tekstur yang bagus.
Salah satu model tas kayu Ruaya - Foto: Instagram @ruaya.co
Dibantu lima orang pegawai, Dody membuat produknya di workshop yang beralamat di RT 4, Dusun Dadapbong, Sendangsari, Pajangan, Bantul, Yogyakarta. Tas kayu dibanderol seharga Rp 750.000-Rp 1,2 juta. Dalam sebulan, Ruaya bisa memproduksi 60-80 tas.
Dody bisa mendapat omzet Rp 30-40 juta dalam satu bulan. "Itu kalau dirata-rata. Nggak selalu segitu dalam sebulan, tapi ada bulan sepi, ada bulan rame. Pendapatan segitu jadi mesin, kayu, membangun workshop," katanya.
Untuk berpromosi, Ruaya kerap mengikuti pameran kerajinan. Selain di Yogyakarta dan Jakarta, ia pernah mengikuti pameran di luar negeri seperti Filipina, KBRI Moscow, dan KBRI Korsel.
Dari ajang pameran ia banyak mengalami proses belajar. Di sana ia bertemu dengan sesama perajin, kemudian saling bertukar ilmu dan informasi.
Meski lebih dikenal dengan produk tas kayu, Ruaya juga mengerjakan beragam produk lain, seperti souvernir, kebutuhan brand lain seperti boks cerutu, hingga kebutuhan pribadi seperti lemari.
Usahanya tak luput dari dampak pandemi. Untuk bertahan, Dody banyak mengandalkan koneksi lama. Ia mengaku kesulitan mencari koneksi baru karena sepanjang tahun ini tidak ada pameran.
"Sementara ini nutup operasional sudah cukup. Entah apa orderan-nya, kita garap," ucapnya.
Produk Ruaya dapat dipesan melalui media sosial Instagram, berbagai marketplace, atau datang langsung ke workshop.
Kirim Komentar