Gudeg.net- Alat yang mampu mendeteksi Covid-19 melalui embusan napas buatan peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM), GeNose, memiliki tingkat akurasi tinggi dan hasil yang cepat.
Sebelumnya GeNose telah melalui uji profiling di Rumah Sakit Bhayangkara dan Rumah Sakit Lapangan Khusus Covid Bambanglipuro di Yogyakarta.
Uji profiling dengan menggunakan 600 data valid tersebut menunjukkan hasil tingkat akurasi tinggi, yaitu 97 persen.
Kuwat Triyono, Tim Peneliti GeNose UGM mengatakan, selain memiliki akurasi tinggi, GeNose juga dapat mendeteksi virus corona pada tubuh seseorang dengan cepat.
“Kalau sebelumnya butuh waktu sekitar 3 menit untuk hasilnya, kemarin saat uji di BIN sudah bisa turun menjadi 80 detik sehingga lebih cepat lagi,” ujar Kuwat Triyono pada siaran pers yang diterima Gudegnet, Minggu (27/9).
GeNose bekerja dengan cara mendeteksi Volatile Organic Compound (VOC) yang terbentuk karena adanya infeksi Covid-19 melalui embusan nafas pasien ke dalam kantong khusus.
Setelah itu akan diidentifikasi melalui sensor-sensor yang kemudian datanya akan diolah dengan bantuan kecerdasan artifisial (Artificial Intelligence).
GeNose juga diklaim sebagai alat tes Covid-19 yang cukup terjangkau dibandingkan alat tes usap atau Polymerase Chain Reaction (PCR).
Kuwat mengungkapkan, untuk satu unit GeNose yang diperkirakan seharga Rp. 40 juta dapat digunakan sebanyak 100 ribu kali pemeriksaan.
“Untuk saat ini kemampuan produksi optimum sekitar 50 ribu unit per bulannya,” ungkapnya.
Alat yang telah diserah terimakan kepada Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) ini saat tengah memasuki uji klinis tahap kedua.
Menristek/BRIN, Bambang Brodjonegoro menyambut baik alat deteksi Covid-19 lewat embusan nafas yang dikembangkan oleh tim peneliti UGM tersebut.
“Risetl/BRIN melalui Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 siap memberikan dukungan upaya finalisasi GeNose dalam bentuk dukungan uji klinis tahap 2,” kata dia.
Bambang berharap GeNose bisa segera dimanfaatkan secara masif oleh masyarakat dan menargetkan pada bulan Desember 2020 dapat digunakan untuk skrining.
“Jika sudah uji klinis dan mendapat ijin edar dari Kemenkes, pastikan alat disampaikan pada Satgas bisa menjadi alat tes untuk membantu upaya Indoensia meningkatkan rasio testing,” harapnya.
Kirim Komentar