Gudeg.net - Seniman Alex Luthfi R, Nanang Garuda, dan Anugerah Eko menggelar pameran bertajuk "Mirror #4 Killing Time". Pameran ini diselenggarakan secara virtual, dapat disaksikan di channel Youtube Tembi Rumah Budaya.
Totok Barata, dari Tembi Rumah Budaya, dalam pembukaan pameran mengatakan, dalam pameran ini kita dapat melihat bagaimana para perupa berkreasi, mencoba media baru, juga melihat proses berkesenian mereka.
Meski berjudul “Killing Time”, menurut Totok, apa yang dilakukan para seniman bukan sekadar membunuh waktu, tapi bagian dari kegelisahan, ekspresi, imajinasi dan pengembangan skill mereka, sesuai fitrahnya sebagai seniman.
“Pameran Mirror #4 ini bisa menjadi suatu cerminan bagaimana upaya perupa di tengah keterbatasan pandemi ini, bertransendensi, mengatasi kondisi yang terbatas ini, tidak sekedar imanen, tapi terus mengembangkan dan merespon dengan produktivitas dan kreativitas, sehingga tetap melahirkan karya-karya yang menarik, bagus dan berkualitas,” terang Totok.
Sementara itu Alex menjelaskan dalam pameran ini ia dan pameris lain mengalami banyak kendala psikologi karena pandemic Covid-19.
Karena memiliki komitmen dan merasa masih mempunyai kreativitas sebagai senjata, mereka bertiga melawan persoalan-persoalan yang menggaggu psikologis dengan kreativitas. Mereka pun memutuskan tetap berpameran secara virtual.
“Yang menarik, seperti yang sudah disampaikan Pak Totok, bahwa pada masa pandemi ini kami justru menemukan suatu kegembiraan dalam berkeasi,” kata Alex.
Karya yang dipamerkan bukan karya yang seperti biasa mereka pamerkan pada Mirror #1-3. “Di Mirror #4 kami akan memamerkan karya-karya yang sesungguhnya tidak cukup akrab tapi menjadi bagian dari kreativitas kita,” ujarnya.
Dalam tayangan pameran yang dibuka Sabtu (28/10) ini, kita dapat melihat karya dalam bentuk slide gambar maupun video. Ada beragam karya yang dipamerkan para seniman seperti karya dengan teknik cukil kayu, etsa, batik, kerajinan kulit, hingga wayang.
Kita juga dapat melihat proses seniman dalam membuat karya. Alex menujukkan proses berkarya dan menerangkan karya “Sujud”, yang antara lain ia buat dengan cat semprot.
Ia menjelaskan, dalam kondisi masa Covid-19 seperti ini semua manusia di dunia tidak terkecuali di nusantara ini mengalami gejolak-gejolak emosional, psikologi bahakan pertentangan satu dengan yang lain.
“Maka apa yang harus kita lakukan ketika semua orang mencurigai dokter, polisi, pemerintah, partai, dan seterusnya, sehingga kmudian dampaknya adalah warga nusantara ini menjadi saling tidak mempercayai. Maka satu yang harus kita lakukan dalam kondisi seperti ini seperti ini, adalah sujud,” paparnya.
Kirim Komentar