Gudeg.net - Asana Bina Seni, sebuah program dari Yayasan Biennale, tahun ini memiliki tiga kelas, yaitu untuk kurator, seniman dan kolektif.
Karya hasil dari program kelas-kelas tersebut dipamerkan dalam Pameran Asana Bina Seni yang berlangsung di Taman Budaya Yogyakarta (TBY), 11-18 November 2020.
Melibatkan 15 peserta pameran yang terdiri dari sembilan seniman individu dan kolektif, pameran ini mengangkat tajuk “Your Connection Was Interrupted”.
Tema ini membicarakan koneksi antara manusia dengan sejarah, identitas, budaya, dan lingkungan yang telah terinterupsi menjadi sebuah refleksi.
Pameran ini dikuratori empat kurator. Eliesta Handitya, perwakilan kurator, kepada awak media, Rabu (11/11) menjelaskan, tema ini merupakan refleksi dari koneksi dan interupsi saat ini. Selama pandemi, lanjutnya, kita sering melihat tulisan “Your connection was interupted” di layar laptop.
“Kita kemudian memperluas jangkauannya, nggak cuma tentang koneksi internet tapi juga koneksi antara manusia dengan manusia, manusia dengan ekologi, manusia dengan nonmanusia, teknologi, dan sebagainya,” ucap Eliesta.
Pameran Asana Bina Seni “Your Connection Was Interrupted” di TBY, Yogyakarta, Rabu (11/11) - Gudegnet/ Wirawan Kuncorojati
Anam Khoirul, yang juga kurator pameran ini, menambahkan, hal yang perlu digarisbawahi dari pameran ini adalah mengenai media yang dipilih, tidak terbatas pada media konvensional seperti lukisan.
Begitu masuk ruang pamer, pengunjung akan disuguhi karya-karya instalasi, salah satunya, "Barut Neraka". Karya ini berupa sebuah peti dalam kelambu merah.
Laviaminora, seniman pembuat karya tersebut menjelaskan, judul karya tersebut adalah anagram dari nama seorang aktivis perempuan dari Amerika, Tarana Burke, yang mencetuskan gerakan "Me too movement".
"Kalau misalkan temen-temen sering ngamatin tentang kasus pelecehan seksual, beliau selalu menggaung-gaungkan mee to, untuk tanda bahwa semua orang itu bisa kena pelecehan seksual," terangnya.
Laviaminora kemudian mengambil campaign dengan alternatif lain. Ia mengumpulkan unek-unek dari korban pelecehan seksual lewat media sosial Instagram. Ia menuliskan apa yang ingin mereka sampaikan, yang membuat mereka terbungkam selama ini, pengalaman-pengalaman pelecehan seksual di dinding galeri.
Lanjutnya, ia kemudian mengumpulkan keberanian untuk mengambil foto-foto pelaku, yang menurutnya seharusnya tak perlu ia edit agar bisa terekspos.
"Tapi karena ada beberapa hal yang harus aku jaga makanya aku edit foto-foto pelaku, dan aku sebarkan di atas peti mati yang aku berikan kelambu warna merah," katanya sembari menambahkan, "Jadi karyaku di situ adalah sebuah monumen, sebuah memoar, amarah, di mana pelecehan seksual itu harusnya dihentikan rantainya."
Karya-karya yang lain tak kalah menarik, seperti instalasi layang-layang karya Bodhi IA berjudul Demonstrasi Langit, instalasi layar-layar berjudul "Bising-bising Media Bodong" karya Arief Budiman, dan karya-karya yang lain.
Pameran ini dapat dikunjungi secara langsung, dengan menerapkan protokol kesehatan dan kuota pengunjung yang dibatasi setiap hari, 30 pengunjung setiap sesi. Sesi 1 pukul 10.00-12.00, sesi 2 pukul 12.30-14.30, sesi 3 pukul 15.00-17.00. Info selengkapnya dapat dilihat di akun Instagram @biennalejogja.
Kirim Komentar