Gudeg.net- Penemuan jejak yang diduga hewan macan tutul atau harimau di jalur evakuasi Gunung Merapi tidak ada hubungannya dengan meningkatnya status Merapi.
“Ini memang perlintasan hewan itu, bukan karena Merapi Siaga atau mau meletus,” ujar Sunarto warga Desa Glagaharjo saat ditemui di jalur evakuasi Gunung Merapi, Selasa (24/11).
Sunarto merupakan pencari rumput untuk pakan ternak yang biasa merumput disekitar jalur evakuasi dan juga jalur perlintasan hewan tersebut.
Menurut Sunarto, warga sekitar sering melihat hewan tersebut karena memang ini perlintasan yang biasa dilaluinya.
“Warga sering melihat ko mas, jadi ya biasa saja dan mereka (hewan) tidak menyerang kalau tidak diganggu namun kami, warga tetap waspada,” tuturnya.
Penemuan jejak hewan tersebut terjadi pada hari Sabtu, (21/11) lalu, dimana para pekerja perbaikan jalur evakuasi sedang memulai pekerjaannya.
Jalur evakuasi pengungsi Gunung Merapi yang berada di jalan penghubung Banjarsari dan Glagaharjo di Dusun Ngancar, Glagaharjo, Cangkringan, ini memang sedang di perbaiki dengan menggunakan cor semen.
Jejak kaki hewan yang diduga macan atau harimau tersebut tercetak jelas di ke dua sisi jalanan cor yang mengering. Diperkirakan ada sekitar dua ekor hewan yang kakinya tercetak di jalur tersebut.
Dari ukuran jejak yang ditemukan memang lebih besar dan lebar bila dibandingkan dengan ukuran telapak orang dewasa dan sedangkan jejak lainnya lebih kecil.
“Kira-kira ini hanya dua ekor saja, tapi sebenarnya ada tiga ekor, dua anaknya dan satu induk. Biasanya dari arah timur ke barat dan kembali ke hutan Merapi,” ungkap pria yang saat diwawancara Gudegnet membawa arit tersebut.
Diperkirakan perlintasan hewan ini bermula setelah erupsi 2010, dimana erupsinya memang cukup besar sehingga merusak ekosistem hutan Merapi, tempat tinggal hewan tersebut.
Sunarto mengungkapkan, hingga saat ini belum ada kabar atau cerita warga sekitar yang diganggu atau diserang oleh hewan tersebut.
“Gada yang ganggu atau serang warga ko mas dari dulu, hanya lewat saja dan tidak terlalu banyak juga yang melhat, paling yang melihat para pencari rumput saja. Itupun tidak melihat semuanya dan kira-kira sekarang masih ada di sekitar sini,” ungkapnya.
Sementara itu Bintara Pembina Desa (Babinsa) Desa Glagaharjo Kopral Satu (Koptu) Eko Widodo menyampaikan, Merapi memang sedang Siaga tapi penemuan jejak ini tidak ada hubungannya.
“Ya ini memang jalan atau perlintasan dia (hewan) dan dari cerita warga memang seperti itu. Hal biasa bagi warga dan hewan ini tidak mengganggu, hanya melintas saja,” kata dia.
Eko meminta warga tetap waspada atas penemuan jejak hewan yang tergolong buas tersebut. “Bila melihat jangan diganggu, biarkan saja, mereka hanya melintas dan warga harus tetap menjaga kewaspadaan,” harapnya.
Kirim Komentar