Gudeg.net - Kantor Pelatihan Bahasa dan Budaya Universitas Atma Jaya Yogyakarta (KPBB UAJY) menggelar Talkshow Kebudayaan bertajuk “Culture Optimalization in Digital Area”, Sabtu (27/3). Talkshow tersebut menjadi salah satu rangkaian acara dari KPBB Fest #10 yang diadakan secara daring.
Talkshow ini antara lain menghadirkan salah satu Putri Keraton Yogyakarta, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hayu sebagai narasumber. Hayu menyampaikan, budaya tidak akan bisa diambil oleh orang asing, selama kita sebagai pemilik masih merawat budaya tersebut. “Akses tentang kebudayaan itu harus mudah diakses,” ujar GKR Hayu dalam keterangan tertulis yang diterima Gudegnet, Senin (29/3).
Penghageng di Tepas Tandha Yekti, Keraton Yogyakarta tersebut mempunyai misi untuk menjaga kekayaan tradisi melalui pemanfaatan teknologi. Ia menyampaikan, keberadaan digitalisasi membuat Keraton Yogyakarta memiliki perpustakaan digital yang dapat memuat berbagai manuskrip digital.
"Tujuannya adalah agar manuskrip dapat terjaga dengan baik, dan di sisi lain manuskrip tersebut diharapkan tetap bisa diakses oleh siapa saja,” katanya.
Tak hanya itu, digitalisasi juga membantu Keraton Yogyakarta untuk menyimpan foto, misalnya pementasan wayang. Pengambilan foto dengan karakter dan pose yang sesuai bisa menggambarkan bagaimana karakter asli dari wayang orang tersebut. “Modernisasi bukan berarti westernisasi,” tutup Hayu, mengutip pesan dari Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Dalam kesempatan yang sama, Rektor UAJY Yoyong Afriadi menyampaikan, kegiatan ini diharap dapat mendukung dan meningkatkan kesadaran pada pelestari budaya.
“Kalau tidak kita, siapa lagi yang bertanggung jawab. Jangan sampai kita nanti terheran-heran jika budaya kita lambat laun hilang dan kita tiba-tiba menyadarinya pada posisi yang sudah sulit untuk mengembalikannya,” kata Yoyong.
Talkshow ini juga menghadirkan Desideria Cempaka Wijaya Murti, Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UAJY; dan moderator Bibianus Hengky Widhi Antoro, Dosen Fakultas Hukum UAJY.
Acara ditutup dengan kesimpulan dari moderator bahwa tradisi dan budaya bisa mengikuti perubahan, tapi esensi dari kebudayaan tersebut jangan pernah diubah.
Kirim Komentar