Seni & Budaya

Kenang 'Presiden Malioboro', Sejumlah Seniman Baca Puisi

Oleh : Rahman / Senin, 12 April 2021 15:09
Kenang 'Presiden Malioboro', Sejumlah Seniman Baca Puisi
Seorang sastrawan yang tergabung dalam Masyarakat Sastra Malioboro membacakan puisi karya Umbu Landu Paranggi di Jogja Librarry Center, Malioboro, Senin (12/4)-Gudeg.net/Rahman

Gudeg.net- Mengenang penyair ternama Umbu Landu Paranggi, sejumlah seniman dan masyarakat Yogyakarta membaca puisi secara bergantian di Jogja Center Jalan Malioboro.

“Hari ini adalah hari ke tujuh, almarhum Umbu ‘Presiden Malioboro’ meninggalkan kita, karenanya saya menginisiasi kegiatan membaca puisi-puisi beliau di sini. Di lokasi di mana banyak karya Umbu bermulai,” ujar Sastrawan Sigit Sugito di lokasi acara, Senin (12/4).

Umbu Landu Paranggi yang juga dikenal dengan sapaan Presiden Malioboro meninggal dunia pada 6 April 2021 di Rumah Sakit (RS) Bali Mandara di usia 77 tahun.

Umbu dikenang sebagai mentor dan motor penggerak sastra di kawasan Malioboro dengan sejumlah puisi-puisi hasil karyanya sekitar tahun 1960-an.

Pada tahun tersebut tercetus juga sebuah kelompok pecinta sastra dan penulis yang digawangi Umbu dengan nama Persada Studi Klub (PSK).

PSK merupakan kelompok yang berperan besar munculnya sejumlah sastrawan dan penyair yang tidak terbatas dari Yogyakarta saja namun seluruh Indonesia.

Sigit menjelaskan, alamarhum merupakan poros para sastrawan pada saat itu, dimana dengan karyanya ia bisa merangkul seluruh pecinta sastra di Yogyakarta.

“Ia adalah pelopor kegiatan bersastra di Yogyakarta yang memiliki sabana bagi sastra dan karya-karya sastra banyak menginspiratif, bukan hanya saya tetapi seluruh sastarawan di Indonesia,” jelasnya.

Bagi Sigit, puisi Umbu bersifat magis sekaligus lirih dan ada juga yang melankolis yang mampu menjadikan dirinya magnet.

Banyak sastrawan seperti Sudirman Suparno, Imam Budi Santoso (alm), Emha Ainun Nadjib yang belajar dari Umbu dan saat ini semuanya merasa kehilangan.

“Umbu dapat dibilang juga tokoh misterius, dimana hanya ingin berada di belakang para orang-orang besar sastra saat ini. Karenanya kita harus mengenang almarhum agar jiwa dan spiritnya terus ada,” tuturnya.

Ratusan karya satra tercipta dari tangan Umbu yang juga merupakan Redaktur Koran Pelopor Jogja 1969-1975 seperti Kuda Merah, Kata Kata Kata, Mantra Pengantar dan yang paling terkenal adalah Melodia.

Sigit mengungkapkan, Melodia adalah karya sastra yang menceritakan tentang rasa, perasaan dan percintaan yang dikemas menjadi satu sasta yang luar biasa.

“Melodia itu banyak di persembahkan oleh seniman-seniman karena memang kompleks di dalamnya. Gambaran rasa yang sangat mendalam namun asik untuk di bawakan di setiap acara sastra,” ungkapnya.

Pembacaan puisi karya Umbu pada acara ini dipersembahkan oleh sejumlah aktivis, politikus, seniman, senator dan komunitas sastra Yogyakarta.

Dalam acara ini dilakukan juga Deklarasi Museum Sastra Yogyakarta dan peresmian Malioboro menjadi tempat bersastra dengan nama Selasar Umbu.


0 Komentar

    Kirim Komentar


    jogjastreamers

    JOGJAFAMILY

    JOGJAFAMILY

    JogjaFamily 100,9 FM


    SWARAGAMA 101.7 FM

    SWARAGAMA 101.7 FM

    Swaragama 101.7 FM


    JIZ 89,5 FM

    JIZ 89,5 FM

    Jiz 89,5 FM


    SOLORADIO 92,9 FM

    SOLORADIO 92,9 FM

    Soloradio 92,9 FM SOLO


    UNIMMA FM 87,60

    UNIMMA FM 87,60

    Radio Unimma 87,60 FM


    UNISI 104,5 FM

    UNISI 104,5 FM

    Unisi 104,5 FM


    Dapatkan Informasi Terpilih Di Sini