Gudeg.net—Semar merupakan salah satu tokoh pewayangan paling penting dalam kosmologi Jawa. Nilai-nilai yang disampaikan Semar kerap menjadi pedoman hidup bagi banyak orang.
Sohieb Toyaroja, melalui medium kanvas dan cat akrilik, mengungkapkan keprihatinan dan keluh kesahnya dalam mengarungi pandemi melalui sosok Semar.
“Semar, representasi filosofi, budaya dan nilai luhur yang menggambarkan dinamika manusia dan Sang Maha,” ujar Lestari Moerdijat, Wakil Ketua MPR RI yang memberikan sambutannya untuk pameran ini melalui video.
Menurutnya, Semar mewarisi refleksi nilai budaya melalui pewayangan, mengatasi sekat perbedaan manusia, harmoni antara manusia dan alam, dan kepatuhan manusia menaati dan menjalankan ajaran Tuhan.
Pesan dan makna hidup yang kuat sering ditampilkan dengan canda, setiap masalah yang merasuki roh dan jiwa dibarui
Sohieb sejak awal tahun 2020 lalu saat pandemi melanda, mencoba menjaga kewarasan dengan memanifestasikan waktu pada diri sendiri.
Ia menyebutnya sebagai merawat jagat kecil. Disaat jagat kecil terawat, maka menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat jagat besar (semesta).
“Saya merasa prihatin dengan kondisi keadaan, jadi saya pikir ini harus diruwat. Semar untuk saya sebagai rasa. Jadi kita memanisfestasi sosok Semar,” terang Sohieb saat diwawancara sesaat setelah pembukaan pameran, Rabu (2/6).
Menurutnya, setiap masing-masing manusia harus menyadari tanggung jawab ‘meruwat’/membersihkan diri.
“Pameran ini, menurut saya, mengangkat tema penting. Pameran ini bisa menjadi media untuk mereflkesi diri. Karena ngeruwat jagat tidak mungkin kalau diri sendiri tidak ruwat,” ujar Suwarno Wisetrotomo, kurator pameran di kesempatan yang sama.
Ia menjelaskan, untuk membersihkan jagat, orang yang meruwat harus terlebih dahulu bersih. Menurutnya, di situ lah nilai refleksi pameran ini, dengan menggunakan idiom Semar.
Menurut Suwarno, 27 karya Sohieb yang bertema Semar ini merupakan untaian harapan untuk perbaikan diri maupun smesta. Dalam utopia Sohieb, ia menyebutnya sebagai “Semar Ngruwat Jagad” – Semar meruwat semesta.
Ngruwat (merawat) merupakan upaya membebaskan diri dari sukerta, dari kesalahan, hambatan, dan rintangan marabahaya, agar situasi dan kondisi kembali normal. Sesuatu diruwat karena berada dalam kelindan ketidaknormalan yang berpotensi menjadi bencana besar.
Jagat dapat dipahami sebagai semesta, terdiri atas jagat kecil (mikrokosmos) dan jagat besar (makrokosmos). Jagat kecil dapat dimengerti sebagai segala yang melekat dalam diri kita.
Sementara, jagat besar merupakan keluasan, kedalaman, kemisteriusan semesta, di mana diri—sang jagat kecil—berada di dalamnya.
Terdapat relasi ulang-alik sekaligus sebab-akibat antara diri dan semesta, saling memengaruhi. Sohieb merasa terpanggil untuk menyuarakan situasi itu melalui karya-karya terbarunya.
“Mungkin ia tengah membangun dan merawat oase kecil pada dirinya, dengan cara paling personal, melukis,” ujar Suwarno lagi.
Berfokus pada tema “Semar Ngruwat Jagad” –Semar meruwat semesta–Sohieb melukis sosok dan wajah semar, yang dihasratkan sebagai “medium” untuk melantunkan doa-doa bagi semesta agar aman, damai, sentosa, selamat, bagi penghuninya.
Pameran dapat disaksikan di Jogja Gallery, Jalan Pekapalan, Alun-alun Utara, hingga tanggal 8 Juni 2021.
Kirim Komentar