Seni & Budaya

Mencari Semar di Pameran Ilange Semar

Oleh : Wirawan Kuncorojati / Rabu, 27 September 2017 17:00
Mencari Semar di Pameran Ilange Semar
Karya berjudul "Eseme Soyo Samar", karya Agustina Tri Wahyuningsih dalam pameran "Ilange Semar"-Gudegnet/ Wirawan Kuncorojati

 

www.gudeg.net, Yogyakarta - Bentara Budaya Yogyakarta (BBY) pada 26 September 2017 ini memperingati hari jadinya. Pameran Seni Rupa “Ilange Semar” merupakan salah satu rangkaian acara yang digelar BBY dalam rangka memperingati hari jadinya tersebut, disamping acara-acara lain seperti Pameran Foto "Di mana Garuda", Pasar Yakopan, dan ditutup dengan diskusi kebhinnekaan dengan tema “Di Mana Garuda”.

Tema pameran, Ilange Semar, berkaitan dengan tema yang diangkat seorang perupa senior, Sudiro, yang dalam pameran tunggalnya dua tahun lalu mengangkat tema “Semar Mati”.  Dalam pengantar di katalog pameran, disebutkan bahwa Semar merupakan simbol primordial kebudayaan. Semar juga diibaratkan sebagai pamomong. Jika kita kehilangan “Semar”, hidup kita menjadi tanpa arah, dan mengalami kekacauan orientasi.

Hal ini berkaitan dengan fenomena yang akhir-akhir ini merebak di negara kita, seperti kasus korupsi, ketidakadilan, dan sebagainya. Para perupa dalam pameran ini mengangkat keprihatinan tersebut dalam karya-karyanya. Ada tiga puluh tiga seniman yang terlibat dalam pameran ini, yang berkarya dalam lukisan dan juga patung.

Salah satunya adalah sebuah patung karya Edi Priyanto, berjudul “Kyai Semar”. Patung ini adalah berbentuk Semar yang menunjuk. Tentang karyanya tersebut ia mengatakan bahwa idenya muncul dari ke-tidak beresan negeri ini, seperti misalnya kasus korupsi. Sang kyai dengan marahnya menunjuk siapa saja dan benar-benar mengejawantahkan kemarahan yang sangat besar. Ia ingin agar sesegera mungkin negara ini menjadi baik.

Ada juga sesosok yang menggunakan kostum semar, namun tubuhnya kurus dengan postur menunduk lesu, karya Agustina Tri Wahyuningsih. Karya ini berjudul "Eseme Soyo Samar". Melalui karya ini ia ingin menggambarkan situasi nilai keadilan atas kebudayaan saat ini di negara kita, yang menurutnya ada namun lesu, tak jelas, serta tertekan.  

Visual yang dimunculkan tidak selalu berupa semar. Salah satunya adalah lukisan seorang gadis yang tengah membawa sebuah wadah berisi untaian melati karya Felix. S. Wanto. Dengan lukisan berjudul “persembahan” ini kita diajak untuk berefleksi. Tentang karya ini Felix mengatakan “Kita perlu bersyukur, kita lahir dan hidup di negeri yang subur dan kaya raya. Apakah yang telah kita berikan dan kita persembahkan untuk kemajuan negeri ini?”.

Masih ada karya-karya lain yang dapat disaksikan. Pameran ini masih berlangsung hingga 3 Oktober 2017 mendatang.

 


0 Komentar

    Kirim Komentar


    jogjastreamers

    JOGJAFAMILY

    JOGJAFAMILY

    JogjaFamily 100,9 FM


    SWARAGAMA 101.7 FM

    SWARAGAMA 101.7 FM

    Swaragama 101.7 FM


    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RetjoBuntung 99.4 FM


    JIZ 89,5 FM

    JIZ 89,5 FM

    Jiz 89,5 FM


    SOLORADIO 92,9 FM

    SOLORADIO 92,9 FM

    Soloradio 92,9 FM SOLO


    UNIMMA FM 87,60

    UNIMMA FM 87,60

    Radio Unimma 87,60 FM


    Dapatkan Informasi Terpilih Di Sini