Gudeg.net—Berkolaborasi lintas disiplin dengan teater, tari, wayang, dan pantomim, Jagongan Wagen Agustus akan menampilkan pertunjukan musik oleh Guntur Nur Puspito dengan tajuk “Semar Gaung”.
Pertunjukan akan dilaksanakan di Ruang Jagong, Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK) Jumat, 30 Agustus 2019 pukul 19.00-22.00 WIB.
Semar Gaung adalah pertunjukan musik kolaboratif gagasan Guntur, yang juga adalah penerima hibah seni PSBK bersama Bakti Budaya Djarum Foundation.
Seniman yang diajak berkolaborasi adalah Bayu Aji Nugraha (Dalang), Asita Kaladewa (Seniman Pantomime), Kinanti Sekar Rahina (Penari), dan Muhammad Shodiq sebagai Penulis Naskah.
Cerita naskah ini mengambil fokus pada dialog tentang pengetahuan hari ini, seperti nasihat-nasihat Semar (pitutur) yang tak lagi terdengar atau dipedulikan.
Suara nasihat ini menggaung, terlontar di luar sana. Namun sayangnya, nasihat ini membentur kepala beku yang tidak lagi mau peduli dan kembali pada Semar.
Semar sendiri adalah salah satu tokoh dalam pewayangan yang cukup akrab untuk masyarakat Jawa. Ia dikenal berwawasan luas dan bijak. Ia juga dijuluki pamong para kesatria.
Namun dengan perubahan zaman yang semakin maju, setiap orang dapat mengakses ‘pamong (guru)’-nya masing-masing. Segampang dan sesederhana menggeserkan jempol di layar gawai, mencari sumber atau pengetahuan dan referensi dari rujukan daring yang dianggap sama dengan seorang guru.
Dalam konteks Semar, ini seperti membayangkan tentang apa yang terjadi jika murid-murid Semar tidak lagi menjadikannya sebagai rujukan sumber pengetahuan. Ruang-ruang yang mulanya bersifat nyata hari ini disejajarkan dengan ruang-ruang yang bersifat maya.
Penonton akan diajak kembali merenungkan kebiasaan kita mengambil rujukan pengetahuan dari dunia maya. Tak dipungkiri berada dalam jaringan membukakan akses pengetahuan tanpa batas, tapi juga sekaligus menghilangkan peristiwa fisik, tatap muka dalam proses belajar.
Padahal, dalam peristiwa tatap muka ini, kita belajar tentang suatu hal lain. Yaitu belajar tentang adab (attitude). Sedangkan akses ilmu pengetahuan di dunia maya seringkali absen akan hal tersebut.
Guntur Nur Puspito, lahir di Parigi (Sulawesi Tengah. Tahun 1998 masuk Sekolah Menengah Musik (SMM) Yogyakarta dengan instrument mayor biola, dibawah bimbingan Pupik Yeti Vivi Yanti & Sapta Ksvara Kusbini.
Lulus dari ISI tahun 2008, ia menekuni aransemen saat di bangku kuliah. Tujuh tahun terakhir ia mulai menekuni musik dalam penggarapan sebuah karya, baik karya sendiri maupun kolaborasi.
Kirim Komentar