Gudeg.net - SMA Tumbuh menjadi pemenang dalam program Trash-Link Project yang diadakan oleh Upcycle, organisasi berbasis lingkungan yang bertujuan untuk mendukung kebiasaan pengelolaan sampah yang berkelanjutan dari Ritsumeikan Asia Pacific University Japan.
Ajang ini memberikan program mentorship selama tujuh minggu dengan mendatangkan narasumber seperti Project B Indonesia, Bye Bye Plastic Bags Surabaya, dan E-Waste by RJ (Rafa Jafar).
Ana Subagya, dari bagian Public Relation Sekolah Tumbuh mengatakan, mentorship sudah berjalan sejak Juni lalu. “Finalnya ada presentasi dari 5 SMA di Jogja yang diajak untuk mengirimkan proposal dan melakukan pendampingan selama tujuh minggu dengan mentor dari Upcycle,” kata Ana kepada Gudegnet, Selasa (27/7). Lima SMA tersebut adalah SMA Tumbuh, SMA Budi Mulia 2, SMA Budi Utama, SMA N 3 Yogyakarta, dan SMA N 2 Yogyakarta.
Siswa-siswi SMA Tumbuh yang berpartisipasi dalam program tahunan tersebut adalah Nur Muhammad Wiya Waworuntu (kelas 12 Internasional), Dimas Adjani Ismoyo Maulana Annazhief (kelas 11 Internasional), Norce Lerebulan (kelas 12 Nasional), Christopher Florensco Raditya Setadewa (kelas 11 Nasional), dan Naufal Gian Arkananta (kelas 11 Nasional).
Mereka membuat proposal pengolahan sampah organik, dengan latar belakang sampah organik belum dapat diolah secara maksimal di sekolah, seperti masih membuang sampah tersebut ke Tempat Pembuangan Akhir.
Berbekal dari Ilmu Permakultur yang menjadi salah satu program keistimewaan dan mata pelajaran di sekolah, siswa-siswi tersebut melakukan daur ulang sampah organik dengan melakukan sistem yang disebut dengan “Banana Circle”.
Ana menerangkan, Banana Circle adalah sistem pengolahan limbah organik dengan metode penyerapan residu air limbah di tanah. Sistem ini dapat dilakukan dengan menanam pohon pisang dan menggali tanah secara melingkar pada kedalaman sekitar 2 meter, kemudian limbah organik dapat dibuang di dalamnya.
Tanaman pisang yang memiliki karakter ‘haus’ akan air dan nutrisi adalah tanaman yang cocok dijadikan penyaring residu limbah cair organik, sedangkan limbah organik padat dapat dijadikan kompos dengan teknik "lazy gardener".
Setelah lolos presentasi, siswa-siswi sudah bisa melakukan tahapan selanjutnya yakni menganalisis karakter tanah sekolah dan persiapan alat-alat yang digunakan.
Selanjutnya, akan diadakan sosialisasi untuk seluruh warga sekolah tentang Banana Circle dan pengolahan limbah organik baik di rumah maupun di sekolah,
Tahap berikutnya, siswa-siswi menyiapkan ladang dan menanam pohon pisang di kawasan kebun sekolah dengan mengaplikasikan pembuangan sampah organik yang dilakukan secara berkala. Rencananya, Banana Circle akan berjalan hingga bulan Mei 2022 mendatang dan akan didanai oleh Upcycle.
Kirim Komentar