Gudeg.net- Tradisi Lampah Budaya Mubeng Beteng menyambut pergantian Tahun Baru Islam 1 Muharram 1443 H atau 1 Sura Alip 1955 pada tanggal 9 Agustus 2021 ditiadakan.
Peniadaan salah satu tradisi Keraton Yogyakarta ini dikarenakan kondisi pandemi Covid-19 yang masih melanda DIY.
Kabar peniadaan ini seperti dikutip dari akun media sosial Twitter milik Keraton Yogyakarta @kratonjogja yang diposting pada Minggu, (8/8) malam.
“Sahabat, kami informasikan bahwa agenda Hajad Kawula Dalem Mubeng Beteng Memperingati Tahun Baru 1 Sura Alip 1955/1 Muharram 1443 H ditiadakan,” cuit Keraton Yogyakarta.
Lampah Budaya Mubeng Beteng merupakan tradisi Keraton Yogyakarta menyambut awal tahun baru penanggalan Jawa, 1 Sura atau 1 MuhaRram.
Tradisi ini dilakukan dengan cara berjalan kaki sejauh kurang lebih 5 Km. Jalur yang biasanya dilalui yaitu Keben Keraton Yogyakarta, Rotowijayan, Jalan Kauman, Agus Salim, Wahid Hasyim, Suryowijayan, pojok Benteng Kulon, MT Haryono, Mayjen Sutoyo, pojok Benteng Wetan, Brigjen Katamso, Ibu Ruswo, Alun-alun Utara dan kembali ke Keben.
Biasanya, ritual ini diikuti oleh ribuan warga Yogyakarta bersama para abdi dalem keraton yang dimulai pada tengah malam atau sekitar pukul 00.00 WIB.
Pada saat mengikuti tradisi ini para peserta tidak diperbolehkan untuk berbicara atau membisu sepanjang jalan yang diilalui atau disebut juga Topo Bisu. Sejumlah bendera atau panji-panji Keraton Yogyakarta juga diikutsertakan dalam tradisi ini.
Selain Lampah Budaya Mubeng Beteng, Keraton Yogyakarta juga melaksanakan Jamasan Pusaka atau membersihkan benda-benda pusaka milik keraton pada peringatan Tahun Baru Islam.
Tahun ini keraton tetap melaksanaan Hajad Dalem Jamasan Pusaka Alip 1955, namun tradisi ini tertutup untuk masyarakat umum.
Kirim Komentar