Gudeg.net—Menghilangnya aksara Jawa dari kehidupan sehari-hari, khususnya di dunia remaja, memacu Ahmad Fikri untuk menginisiasi tabloid untuk remaja dengan menggunakan aksara Jawa bertajuk ‘CaraKita’.
Diterbitkan pertama kali di bulan Juni 2021, tabloid ini juga merupakan jawaban atas permasalahan yang muncul di Kongres Aksara Jawa, Maret 2021 lalu, yakni literatur modern beraksara Jawa.
Menurut Ahmad Fikri, fokus tabloid ini memang untuk kalangan remaja yang sudah tidak lagi mengakrabi aksara Jawa.
“Jadi, kita mencoba membuat tabloid itu untuk keperluan mereka agar dunia remaja kita ini punya ketertarikan terhadap aksara Jawa, karena banyak dari mereka ini sudah tidak tertarik lagi, malah justru lebih tertarik dengan aksara Korea. Kan aneh gitu, loh,” ujar Fikri saat berbincang dengan Gudegnet lewat telepon pekan lalu.
Nama CaraKita sendiri artinya cukup harafiah yang dimaksudkan sebagai cara kita (remaja) untuk menggaulkan kembali aksara Jawa di situasi hari ini.
Tabloid ini mengandung tiga bahasa; Jawa, Indonesia, dan Inggris. Namun, tidak semua rubrik memiliki tiga bahasa ini. Kebanyakan isinya merupakan artikel bahasa Indonesia yang ditulis menggunakan aksara Jawa.
“Kita membuat tabloid itu untuk contoh bahwa aksara Jawa sangat mungkin dikembangkan untuk keperluan yang sifatnya budaya pop, bahwa aksara Jawa bisa digunakan untuk bahasa apa saja,” ujar Fikri lagi.
Hampir semua penulis di tabloid ini merupakan remaja setingkat SMA. Mereka disaring dari sekolah-sekolah di DI Yogyakarta melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Jawa.
Guru-guru ini diminta untuk memilih muridnya yang mengerti aksara Jawa. Siswa-siswa ini juga mendapatkan bimbingan saat menulis.
Alasan Fikri memilih siswa SMA untuk menjadi kontributor adalah karena tabloid ini merupakan dunia mereka. Rubrik yang ditampilkan merupakan hal-hal yang dekat dengan kehidupan mereka.
Seperti misalnya, rubrik ‘Sobat Santuy’, rubrik ini berisikan mengenai siswa yang memiliki keterampilan yang membuatnya populer di sekolah. Fikri mengatakan, hal ini juga untuk menunjukkan bahwa siswa berprestasi tidak melulu mengenai nilai akademis.
Ada pula rubrik ‘Puisi’, yang merupakan karya sastra siswa, dan ‘Laporan Utama’ yang berisikan tempat-tempat di mana anak-anak muda ini biasa kongko.
“Tujuannya supaya dengan cara seperti itu, mudah-mudahan mereka punya ketertarikan untuk membaca dirinya sendiri, walaupun mungkin banyak yang susah payah juga karena beraksara Jawa,” kata Fikri lagi.
Tabloid yang didanai oleh Dinas Kebudayaan DI Yogyakarta dengan menggunakan dana keistimewaan ini dibagikan secara gratis di sekolah-sekolah. Tabloid ini juga bisa dijadikan sarana pembelajaran aksara Jawa yang lebih santai.
Kirim Komentar