sumber: ugm.ac.id
Gudeg.net - Sekelompok mahasiswa Sekolah Vokasi UGM menciptakan alat pengering batik yang terintegrasi dengan sistem kontrol otomatis.
Tim tersebut beranggotakan Catur Wardana, Robertus Tirta Kuncoroadi, Arvieka Gusta Pramudya, Santi Rahayu, Arya Amanda Putra.
Didampingi Harjono S.T., M.T selaku dosen pembimbing, mereka menciptakan alat tersebut untuk mengatasi masalah salah satu sentra batik yang berasal dari Kulon Progo UMKM Sinar Abadi Batik.
Saat tim berkunjung ke UMKM tersebut, terungkap permasalahan yang dialami dalam mempertahankan kestabilan hasil produksi kain batik.
"Selama ini hasil produksi kain batik milik kami sering mengalami pasang surut. Jadi, hasilnya tidak pasti, sehari bisa maksimal produksi 60 kain, tapi kadang 30 kain saja. Ini akibat cuaca yang tidak bisa diprediksi, yang pengaruh ke proses pengeringan kain batik," ungkap Subi selaku penanggung jawab mitra, Selasa (24/8), sebagaimana dikutip laman ugm.ac.id di hari yang sama.
Permasalahan berkaitan hasil produksi mengalami puncaknya saat musim penghujan, karena hasil produksi bisa turun hingga 50%. Produksi yang turun akan berdampak menurunnya omset.
Berdasarkan permasalahan ini, tim mahasiswa PKM-PI tersebut memberikan inovasi kreatif dengan membuat sebuah alat pengering batik yang memanfaatkan kalor air sebagai pemanas.
Ketua tim Catur Wardana menjelaskan, kalor air tersebut diolah melalui sistem menjadi udara panas yang akan disebarkan ke ruang pengering hingga rata-rata suhu ruang pengering tercapai 42 °C, sehingga kain batik cepat mengering. Sistem ini terintegrasi terpusat dan dapat dikontrol secara otomatis.
Alat ini diharap mampu membantu menyingkat waktu pengeringan dan meningkatkan efisiensi kerja, yang berdampak pada kestabilan hasil produksi tanpa khawatir menghadapi perubahan cuaca yang tidak menentu, namun tetap menjaga kualitas.
"Dan juga berharap alat ini banyak dibuat di UMKM batik lain agar tidak hanya UMKM Sinar Abadi Batik saja yang dapat merasakan manfaat dari alat ini,” ujar Catur.
Kirim Komentar