Gudeg.net- Ratusan keris pusaka di jamas atau dicuci dalam ritual Hamasuh Tosan Aji di Omah Dhuwung, Desa Wukirsari Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Senin (6/9).
Jamasan yang digelar oleh Komunitas Lar Gangsir DIY ini merupakan kegiatan yang ke tiga kalinya sejak 2019 dan untuk tahun ini mengangkat tema Landheping Pusaka Ambuka Jatidiri.
Ketua Lar Gangsir Hedi Hariyanto mengatakan, ritual ini sengaja dilaksanakan menjelang berakhirnya bulan Sura penanggalan kalendar Jawa.
“Sengaja kami gelar hari ini yang merupakan hari ke 28 bulan Suro Jawa karena biasanya Keraton Yogyakarta menggelar pada awal bulan Suro. Tujuannya agar tidak bersamaan,” ujar Hedi Hariyanto di lokasi jamasan, di hari yang sama.
Ada sekitar 100 keris yang diikutsertakan pada ritual jamasan hari ini dan tidak hanya berasal dari sejumlah daerah di DIY namun ada juga yang datang dari luar DIY seperti Jakarta dan lainnya.
Sebelum di jamas, keris-keris harus didaftarkan terlebih dahulu oleh pemiliknya kepada panitia untuk mendapatkan nomor urutan dijamas.
Setelah itu di letakan diatas meja yang telah dipersiapkan. Keris juga harus dilepaskan menjadi tiga bagian yaitu dari Warangka atau sarung keris, Bilah (badan keris) dan Hulu (gagang keris).
Hedi menjelaskan, prosesi ritual jamasan keris pusaka merupakan sesuatu yang sakral karenanya ada urutan dalam pelaksanaan ritualnya sendiri, selain itu dibutuhkan juga beberapa barang sebagai pelengkap ritual.
“Sebelum menjamas, kita siapkan dulu sesaji berupa makanan dan tumpeng lalu didoakan bersama-sama. Selain itu, doa kepada Tuhan juga dipanjatkan agar prosesi dapat berjalan dengan lancar,” jelasnya.
Prosesi jamasan dimulai dari membaluri keris dengan minyak pusaka yang berasal dari pohon cendana atau biji kesambi lalu dicuci menggunakan air bersih dan dilap. Setelah itu keris dijemur untuk memastikan benar-benar mengering.
Untuk menghilangkan karat pada pamor atau motif keris digunakan sedikit cairan arsenik dicampur dengan air jeruk dan diwarangi atau dikenal dengan prosesi mewarangi. Setelah prosesi mewarangi nantinya pamor keris akan terlihat kembali seperti semula
Setelah semua prosesi dilakukan, seluruh bagian keris disatukan kembali dan dimasukan ke dalam sarung keris atau warangka. Pada bagian akhir keris akan dicek kembali sambil diasapi menggunakan wewangian diatas tungu kecil.
Hedi menuturkan, prosesi menjamas untuk satu keris membutuhkan waktu yang berbeda-beda, melihat dari ukuran keris dan seberapa sulit membersihkannya.
“Waktu normal sekitar 10 menit satu keris namun bila ukuranya besar dibutuhkan waktu lebih lama dan di sini kita lebih menggunakan bahan-bahan yang alami agar tidak merusak keris,” tuturnya.
Ritual Hamasuh Tosan Aji ini juga dimeriahkan dengan persembahan wayang kulit oleh dalang Tejo Bagus Sunaryo dengan lakon Semar Anabda Sungsang Bawana Balik.
Sebagai informasi, keris tertua yang ikut dijamas pada cara ini merupakan pusaka yang dibuat pada tahun 800 masehi bernama Segaluh. Namun karena satu hal keris tersebut tidak ditampilkan dan telah dijamas sebelumnya.
Kirim Komentar