Gudeg.net- Botol atau pecahan kaca bekas hanya akan menjadi barang tidak berguna tetapi bagi Ivan Bestari Minar Pradipta, limbah botol kaca merupakan harta karun untuk berkreativitas.
Menggunakan teknik Flame Working, Ivan mengubah limbah kaca bekas menjadi karya seni yang memberikan nilai seni dan ekonomis.
Namun menurutnya belum banyak yang mengerti bahkan memahami karya seni limbah kaca. Karena itu ia menggelar pameran bertajuk Belantara Kaca di Sangkring Art Project, Kasihan, Kabupaten Bantul.
“Flame Working adalah teknik memanipulasi kaca, biasanya berbentuk kaca batangan yang dipanggang di atas api atau langsung di atas api,” ujar Ivan saat ditemui di lokasi pameran, Selasa (2/11).
Pada pamerannya kali ini, pria yang sudah sekitar 10 tahun menekuni seni flame working ini memamerkan sekitar 20 karya seni kaca beraliran Net Working.
Net Working merupakan karya seni kaca yang berbentuk seperti jaring laba-laba yang dianyam satu persatu menjadi sebuah bentuk.
“Aliran ini sebenarnya dari orang-orang saja yang melihat karya saya, tapi saya sendiri belum menemukan nama sebenarnya. Tapi ya gapapa, pakai nama Net Working saja,” jelasnya.
Karya seni yang dipamerkannya lebih banyak berbentuk hewan dan pepohonan, seperti koloni semut, belalang, daun, akar pohon, dan lainnya.
Limbah kaca yang menjadi bahan dasar karyanya ini didapat dari teman-teman serta orang-orang yang mengenal dirinya sebagai seniman kaca bekas.
Menurutnya, semua kaca bisa digunakan namun untuk pameran kali ini kebanyakan menggunakan botol maupun pecahan kaca jendela bening dan kaca rayban berwarna hitam.
“Saya sudah hafal kaca mana yang bisa dipakai atau tidak. Ada yang bisa dikombinasikan hingga menghasilkan warna kaca yang berbeda dari aslinya. Seperti kaca jendela rayban hitam bisa menjadi warna abu-abu bila diolah,” tuturnya.
Ivan merupakan lulusan Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) jurusan Desain Produk pada tahun 2013. Ia mulai menekuni seni limbah kaca seusai magang pada seorang ahli pembuatan kaca untuk laboratorium bernama Sunaryo (almarhum) di Condongcatur, Kabupaten Sleman.
Ia juga sempat mempraktikkan teknik Flame Working ketika Gudegnet menyambangi pamerannya. Menggunakan api bersuhu 1.000 himgga 1.200 derajat Celsius, ia mulai membakar batangan kaca hingga meleleh dan dianyam menjadi jaring-jaring kaca.
Tidak ada pengamanan khusus saat ia mempraktikkan pembuatan karya seninya itu, selain mengenakan kacamata hitam.
“Ya cuma pakai kaca mata hitam, agar tidak silau saat api keluar membakar kaca. Selebihnya ya mengikuti alur yang saya inginkan,” kata pria yang bertempat tinggal di Pakuncen, Wirobrajan ini.
Hingga saat ini karyanya sudah banyak dibeli oleh para kolektor seni di Indonesia hingga mancanegara, bahkan sebuah hotel ternama di Yogyakarta pernah memesan darinya.
“Kui sing (itu yang) ditandai stiker merah sudah ada yang memesan, kayanya mau dibawa keluar negeri, Alhamdulillah. Kalau harga kisaran jutaan sampai puluhan juta lah kira-kira, tergantung tingkat kesulitan,” ungkapnya sambil tertawa.
Pameran Belantara Kaca akan berlangsung hingga 14 November 2021 dengan jam operasional pameran dimulai pada siang hingga malam hari.
“Aku ada di sini siang pokoknya, kalau mau nonton pameran, monggo datang saja,” pungkas pemilik Studio Otakatik Creative Workshop di Pakuncen, Wirobrajan ini.
Kirim Komentar