Gudeg.net - Empat seniman menggelar Pra Pameran Pesanan pada 10-20 November 2021 di Miracle Prints, Suryodiningrata MJ, II/ 853, Mantrijeron, Yogyakarta 55141. Para seniman tersebut yakni Jajang Kawentar, Joko 'Gundul' Sulistiono, Syahrizal Pahlevi, dan Yaksa Agus.
Syahrizal Pahlevi dalam laman terasprintstudio.weebly.com menerangkan, sesuai tajuknya, acara ini merupakan pra pameran yang berjudul Pesanan. Pameran Pesanan sendiri baru akan diselenggaarakan pada tahun 2022.
Pameran ini dilatarbelakangi pameran Joko Gundul Sulistiono dan Syahrizal Pahlevi yang bertajuk Sapa di Tembi, Bantul, Yogyakarta, Maret 2020 lalu.
Secara kebetulan, pameran tersebut direspon oleh Jajang R. Kawentar dan Yaksa Agus. Secara khusus, mereka menuliskan pandangan dan kesan terhadap pameran tersebut di laman Facebook masing-masing.
Pada bulan Maret 2021, muncul gagasan untuk membuat pameran reuni Sapa, namun kali ini dengan mengajak peserta lain. Pilihan kemudian tertuju pada Jajang R Kawentar dan Yaksa Agus yang dengan senang hati menerima untuk bergabung.
Setelah berdiskusi, muncul gagasan untuk mengagendakan pameran bertajuk Pesanan di tahun 2022. "Masih dalam suasana pemantapan rencana pameran Pesanan di 2022, secara tidak sengaja muncul pula ide membuat pameran sebelum pamerantersebut, atau lazimnya pra-pameran," terang Syahrizal.
Ia mengatakan, secara tidak langsung pra-pameran ini mengajak publik berkilas balik pada peristiwa satu setengah tahun lampau yang menjadi jejak sejarah perisitiwa saat ini.
Yaksa Agus saat pembukaan, Selasa (9/11) mengatakan, tajuk pameran merespon kata pesan. "Semoga dari pameran ini bisa melontarkan sebuah pesan baru bagaimana kita menerjemahkan sebuah kata per kata. Dari pesanan kita akan berpesan," tuturnya.
Sementara itu seniman Ugo Untoro saat memberi sambutan pembukaan menyampaikan , "Pesanan dari asal katanya pesan, kalau kita kaitkan dengan proses berkarya adalah perupa ingin berpesan."
Ia juga menyampaikan, kata pesanan mesti dimaknai sebagai salah satu semangat atau motivasi untuk berkarya. "Kita harus membaca ulang tentang persepsi atau anggapan orang bahwa karya pesanan itu adalah karya yang nomor dua atau apa, karena kita tidak bisa lepas dari situ," ucapnya.
Kirim Komentar